Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Nilai NilaI Baru Prilaku Ke-Kinian

 Di Jawa Barat, khususnya dikalangan para orang tua suku Sunda, dahulu memiliki motto:  

Silih asih,silih asah, dan silih asuh.

Motto ini mengandung filosofi : terhadap sesama terutama sesama saudara, seharusnya saling mengasihi,saling mencerdas kan,dan saling membimbing bila diantara mereka masing2 ada yang belum tahu atau belum mampu.

Filosofi ini sangatlah baik tepat dan bermanfaat. Sebab,faktanya,tak setiap orang,meski satu keturunan,memiliki kemampuan kepribadian,dan sifat2 yang sama.

Begitu pula dalam kemampuan juga tak bs disamaratakan,meski mereka dilahirkan,dirawat dididik dan dibimbing dengan cara2 yang sama,namun tetap saja akan berbeda.

Karena memang begitulah kenyataannya : dalam kehidupan ini, tiap insan selalu berbeda,tak ada yang sama meski sekilas kita melihatnya seperti mirip atau sama.

Atas dasar inilah barangkali para orang tua,nenek moyang kita dulu menciptakan pameo,pepatah petitih yang walaupun singkat, padat,namun memiliki arti yang sangat berarti :

bahwa dalam hidup ini kita harus silih asih,silih asah dan silih asuh.

Hingga era tahun '60an, barangkali motto ini masih terlihat dan dilaksanakan oleh para turun temurunnya,meski sudah mulai nampak menipis,tak seperti di-masa2 sblumnya.

Akan tetapi belakangan ini setelah masa2 itu lewat, (apalagi sekarang), motto yang sangat baik dan bermanfaat dalam kehidupan  tampaknya sudah mulai pudar, bahkan terabaikan atau terlupakan.

Kira2 apa penyebabnya? Sangatlah mudah diterka.

Kemajuan ekonomi,perkembangan teknologi yang semakin pesat,materialisme,merupakan faktor penyebab yang sangat dominan dalam kehidupan manusia. 

Faktor hedonisme pun telah menjebak behaviour kehidupan manusia orang per orang seperti keme- wahan,haus akan bergelimangnya harta,kekua- saan,telah memporak-porandakan tatanan,nilai2 kehidupan manusia.

Yang semula bisa berlaku welas asih,berperikemanusiaan,tepo seliro,ewuh pakewuh,mau bergotong royong,perlahan2 redup dan berganti dengan keakuan dan kekinian,yang berubah dan berganti dengan tak memiliki rasa malu,dan egosentris,dan tak memiliki rasa puas.

Tentang kejadian ini,ada yang mengatakan bahwa ini semua adalah merupakan hukum semesta yaitu : segala sesuatu yang ada dan terjadi didunia ini selalu berputar menurut siklusnya. 

Seperti roda pedati atau jarum jam yg pada suatu saat akan kembali seperti semula dan akan begitu kehidupan ini seterusnya.

Benarkah begitu? Benar-kah kehidupan ini meru-pakan jalannya jarum jam  akan berputar dan akan kembali keawal seperti semula?

Atau malah akan terus menerus dan tak berhenti karena selalu tumbuhnya nilai2 baru yang sekarang disebut dengan kekinian.

Ada yang tahu jawabannya?

                   *

Komentar