Postingan

Menampilkan postingan dari September 5, 2021

Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Cep Kelakep

  Anda kenal Sherlock Holmes? Saya kenal, tapi lewat buku he he.... Sherlock Holmes adalah seorang detektif swasta yang sangat kampiun dalam menganalisis suatu kasus secara detail, sehingga  masalah yang sangat rumit dan sekusut apapun jadi jelas, terang benderang. Namun karena Sir Arthur Conan Doyle sipengarang serial detektif tersebut sudah terlalu banyak menulis buku  tersebut  dan bercerita  tentang kisah Sherlock Holmes, akhirnya bosan  bercerita tentang petualangan Sherlock Holmes. Dalam cerita yang terakhir Sherlock Holmes akhirnya dimatikan, sehingga masyarakat Perancis yang sudah kecanduan membaca cerita detektif  tersebut   ramai2 protes agar Sherlock Holmes dihidupkan lagi. Karena memang begitu best sellerny buku  tersebut .                     * Analog dengan kisah Sherlock Homes, Dahlan Iskan mantan dirut PLN sekaligus wartawan senior, rupanya tergerak untuk me...

Berhitung

Dalam menulis, saya selalu ingin bersahaja dengan kalimat -kalimat yang sederhana. Saya menginginkan tulisan jadi jernih,tidak ruwet dan jlimet sehingga diharapkan yang membacanya pun tak merasa jemu , lelah. Dalam menulis saya juga tak ingin menggunakan kata dungu, karena selain tidak sopan, merendahkan, tak etis untuk manusia. Karena kata itu hanya tepat untuk keledai atau binatang. Dalam menulis, saya juga tak ingin menggunakan bahasa filsafat, meski itu terdengar agak high class dan meski Saya tahu filsafat  payung dari segala ilmu. Akan tetapi karena filsafat ad a l a h dunia fatamorgana maka sepertinya tidak tepat bila diaplikasikan dalam dunia nyata yang penuh dgn kekeliruan , kemunafikan. Saya juga tak ingin menulis angka2, pasal2 dan ayat2, karena itu hanya akan menambah ruwet. Saya menganggap yang membaca pun akan merasa bosan dan cepat lelah  karenanya. Dalam menulis,Saya juga tak ingin menelaah dan menganalisis suatu topik secara detail, dan ...

Era Informasi

Ketika  Sudomo masih menjadi Pangkopkamtib (Panglima komando  operasi pemulihan keamanan & ketertiban), diera orde baru, maka yang dilakukannya adalah :  dibreidelnya beberapa surat kabar dan majalah. Ini dia lakukan karena menurutnya,berita2 di koran dan majalah yang mengeritik kebijakan pemerintah,bila dibiarkan akan menimbulkan keresahan dimasyarakat.  Karena itu menurut mantan Pangkopkamtib ini, ketimbang pemberitaan2 di media massa menimbulkan resiko dan  gejolak dimasyarakat, lebih baik  ditutup. Namut menurut Sudomo tindakan itu juga terpaksa dia lakukan, sebagai tindakan preventif, mesti sebenarnya tidak populer "Ada surat kabar salah, nggak ada juga salah", ucapnya ketika itu menanggapi pertanyaan  wartawan kenapa media massa harus diberangus. Apa yang dikatakan Sudomo ada benarnya. Informasi memang sangat diperlukan. Tetapi pemberitaan yang keliru dan menghasut,  bisa  menggiring opini dan meresahkan masyarakat. Sudomo...