Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Ciri sabumi cara sadesa

Ciri Sabumi Cara Sadesa. 

Ini peribahasa Sunda yang berarti,setiap desa atau daerah masing2 punya ciri khas yang berbeda beda.

Di Jawa barat, orang-orang Sunda yang bertamu selalu bilang :

Punteen.......dan dijawab oleh yang punya rumah : manggaa....

Biasanya lanjut : mangga calik. 

Dimana saja di Jabar, orang2 Sunda bila bertamu selalu saja bilang begitu. Tapi itu dulu. Sekarang ucapan seperti itu sudah sangat jarang sekali didengar,karena sekarang sudah berganti dengan :

Assalamualaikum.......dan yang punya rumah menjawab : Waalaikum salam...

Begitu pula di Jateng dan Jatim orang selalu bilang kulonuwun......dan dijawab oleh yang punya rumah monggoo.......Lanjut dengan monggo pinarak dan seterusnya.

Setiap daerah tentu berbeda cara dan kebiasaannya bila bertamu. Yang jelas punya ciri khas masing-masing yang berbeda. Tapi sekarang di Jateng dan di Jatim pun sudah sama dengan di Jabar,tak terdengar lagi ciri khas yang seperti dulu. 

Hampir semua: Assalamualaikum...dan dijawab: Waalaikumsalam.

Saya tidak tahu kapan persisnya perubahan itu terjadi. Tapi seingat saya ketika masih di menengah, sekitar th '60an saya masih sering dan selalu saja mendengarnya ucapan punten dan mangga itu. 

Dan tanpa saya sadari ucapan yang merupakan ciri khas dari orang-orang Sunda seperti itu, kini sudah lenyap, hilang, dan pergi entah kemana. 

Begitu pula ketika masih duduk di SR (SD), saya masih ingat, sampai kelas 6 ketika guru kelas sedang mengajar, kepala sekolah sering duduk dibangku paling belakang, dan mendengarkan guru kelas yang sedang mengajar.

Waktu itu, saya belum tahu apa maksudnya kepala sekolah duduk di bangku belakang ikut mendengarkan guru kelas mengajar. Baru belakangan saya paham kalau tujuannya: ingin tahu dan melihat cara guru kelas mengajar kepada murid muridnya. Apakah komunikatif dan baik atau tidak.

Saya juga tidak tahu apakah sekarang di SD kepala sekolah masih begitu juga atau tidak.

Yang saya tahu dan saya alsmi,setelah di SMP guru tiap mata pelajaran berbeda-beda. Bila disekolah ada 8 mata pelajaran misalnya, guru yang mengajarnya pun ada 8 orang dan berbeda-beda, sesuai dengan mata pelajaran masing-masing.

Tentang hal ini Dedy Corbuzier pernah ngegas dengan berkata : 

".....Sangat tidak adil. Murid disuruh pintar semua pelajaran, tapi gurunya tiap mata pelajaran lain-lain", 

Mestinya, kata Dedy, kalau murid disuruh pintar akan semua mata pelajaran, gurunya pun harus pintar untuk semua mata pelajaran. 

"Hayoo...bisa ngga gurunya begitu?" katanya dengan nada tinggi.

                 *

Terhadap semua ini sampai sekarang saya tidak tahu sistim pendidikan manakah sebenarnya yang lebih baik. Yang jelas, saya sering heran dengan kemampuan anak-anak milenial sekarang umumnya (tidak semua)Seperti juga ciri sabumi cara sadesa. Saya tidak tahu kenapa sekarang jadi berubah dan tak bisa mempertahankan budaya sendiri yang sudah ada.

Tapi saya tak bisa melanjutkan tulisan ini karena spacenya sudah habis.

oleh : Tek Ko Seng

 


Komentar