Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Jalan Pagi Dipasar Kaget (2)

Padahal bila kita yang melakukan,mungkin akan  menggerutu dan merasa tersiksa karena repotnya. Banyaknya jenis barang yang harus ditata,  serta sempitnya tempat karena posisinya yang berdempetan dengan para pedagang lain,akan terasa  lebih tersiksa dan menderita, bila kita yang melakukannya.

Belum lagi bila tiba2 hujan turun karena sekarang sudah mulai musim hujan. Bisa dibayangkan betapa sibuk dan repotnya mereka ketika harus membereskan barang2 dagangannya agar tak terkena air hujan.

Bisakah kita membayangkan betapa repotnya para pedagang pakaian misalnya, yang sudah menata pakaian dagangannya yang cukup banyak dan  rapih,dijejer, digantung agar bisa terlihat dan menarik perhatian calon pembeli, tiba2  hujan turun dengan mendadak?

Pasti repot,sangat repot.

Dengan resiko : pakaian jualannya pun basah kena air hujan. Mereka pun bila terjadi seperti itu pasti kalang kabut membereskannya.

Begitu pula dengan para pedagang pecah belah seperti piring,gelas, mangkuk,dll yang terbuat dari bahan yang mudah pecah. Bisa dibayangkan juga bila mereka harus membereskan dagangan dengan sangat terburu2 karena turunnya hujan.

Juga  para penjual makanan camilan seperti: pisang goreng, tahu goreng, piscok,bala2 tempe, martabak mini yang pembuatannya digoreng  mendadak dengan menggunakan kompor, tentu akan sangat repot sekali membereskannya.

Karena air hujan akan membasahi barang2 dagangannya.

Meski begitu, mereka  terlihat tabah dan tegar melakukannya. Barangkali karena sudah terbiasa, jadi oleh mereka sudah dianggap sebagai resiko pekerjaan mata pencaharian dalam upaya untuk bisa memperoleh pendapatan.

Melihat kejadian ini pikiran sayapun mulai mengembara,terbang ke-mana2 bertanya dalam hati : mengapa mereka mau melakukannya? 

Jawabannya tentu saja : terpaksa. 

Keterpaksaanlah yang membuat mereka harus begitu. Bila tak mau, resikonya tak 'kan ada pemasukan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup se-hari2 yang semakin hari semakin bertambah seiring dengan bertambahnya anggota keluarga dan keinginan.

Andaikan ada pekerjaan atau sumber mata pencaharian lain yang lebih baik,tentu merekapun tak akan mau melakukan pekerjaan seperti itu. Inilah barangkali konsekwensi logis dari hidup yang tak memiliki keahlian khusus dan tak berpendidikan yang layak. Atau tak memiliki garis keturunan yang secara materi memang sudah berkecukupan untuk bisa mengikuti pendidikan dengan layak.

Atau bisa juga karena dimasa muda hidup ber-leha2 karena ortunya berkecukupan,  berlebihan sehingga hidup menjadi manja.

Akibatnya,mereka sekarang harus berjuang dengan keras dan sekuat tenaga hanya untuk bisa mempertahankan hidupnya agar bisa ..........

Komentar