Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Hari Ini Dan Dulu

Bagi kaum milenial yang lahir ditahun  1980an keatas,tentu tak akan mengalami yang namanya orde lama, menjelang jatuhnya  presiden Sukarno th 60an.

Saya mengalami. Kala itu saya masih sekolah di menengah pertama. Karena itu saya menyaksikan dan mengalami sendiri apa yang terjadi pada waktu itu.

Sebagai contoh, dibidang ekonomi: para pekerja seperti tukang kayu, tukang tembok,sopir,para pekerja swasta lainnya,upah yang mereka peroleh rata2 rp.5rb/hari,sedangkan harga beras Rp.10rb seliter.

Jadi upah bekerja sehari hanya cukup untuk bisa membeli 1/2 ltr  beras. Karena itu bukanlah hal aneh dan sangat umum bila di-pasar2 manapun, orang banyak yang makan nasi campur jagung atau bulgur (bulgur : makanan untuk sapi).

Sekarang upah para tukang rata2 rp.150rb/hari,dengan harga beras 10rb bisa membeli 15tr

Bisa dibayangkan sangat jauh sekali perbedaannya.

Dibidang politik,kala itu ada 52 partai sehingga bung Karno sempat berkata : "Gatel badan saya karena terlalu banyak partai". Akibatnya, di kabinet ada 100 kementrian,karena masing2 partai ingin punya wakil menteri di kabinet.

Diera Suharto partai2 dibabat habis hanya menjadi 3 partai : Golkar,PPP dan PDI (kala itu belum menjadi PDIP).

Uang, karena terlalu banyak beredar sehingga inflasi menjadi 600% ( tiap hari harga2 naik). Diera orde baru terjadi sanering,uang 10rb dipotong nilainya jadi Rp.1000 ( yang sekarang rp1000 itu dulu rp.10.000).

Dibidang perhubungan, kereta api misalnya,dulu namanya Jawatan Kereta Api,lokomotifnya masih uap,penumpangnya pun bejibun,penuh sesak luar biasa,mereka sampai pada duduk diatas gerbong yang kala itu masih terbuat dari kayu.

Sekarang PT.KAI luar biasa maju,sangat jauh berbeda dengan dulu.

Di Karawang,bus yang menuju Jakarta Dunia Baru (sekarang Warga Baru) hanya sekali sehari 

Baru belakangan diera Suharto kendaraan  lalu lintas selain bis juga digantikan bis mini : Colt.

Bagi mereka pengantin baru,yang baru menikah, terpaksa harus tinggal di rumah mertua laki atau perempuan. Karena kala itu belum ada perumahan cicilan atau kontrakan seperti sekarang.

Lulusan SMA yang tak lanjut ke universitas,tapi ingin kerja hanya bisa jadi pelayan toko,karena belum ada perusahaan2 industri seperti sekarang.

Gaji guru umumnya hanya cukup untuk biaya transportasi,tapi tak bisa kalau untuk memenuhi kebutuhan hidup untuk 1 bulan.

Baru sekarang para ASN memperoleh gaji yang lumayan,terutama para guru tetap,karena telah mendapat perhatian dari pemerintah.

Itulah sekedar ilustrasi bagaimana kondisi sosial ekonomi diera orde lama, orde baru dan sekarang.

Masih banyak cerita tentang kehidupan sosial ekonomi dimasa lalu yang tak dialami kaum milenial.

Bagi yang tak mengalami  hidup ditahun 1960an, (kaum milenial) tentu tak 'kan bisa merasakan. 

Tapi bagi yang mengalami dan yang merasakan,bila teringat lagi kejadian dan pengalaman seperti itu (yang merupakan  kenangan pahit) tentu akan berkata : hari ini masih lebih baik dari dulu

              *

Komentar