Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Pemahaman Yang Terbatas

Sah2 saja bila orang ingin berkuasa. Siapapun juga. Dimanapun.Boleh. Selama orang itu mampu, bisa meraihnya tak masalah.

Tentu agar bisa mencapai keinginan untuk berkuasa orang harus bisa memenuhi persyaratan dan kriteria. Antara lain memiliki kemampuan berbicara dan pandai meyakinkan orang lain, mampu mentransformasikan serta mempresentasikan gagasannya, yang bisa diterima oleh orang lain.

Dengan kata lain,orang harus bisa mengutarakan gagasan atau pahamnya kepada orang lain dengan  baik,benar, meyakinkan.

Sebab hanya dengan paham atau gagasanlah orang akan bisa "diikat", disatukan persepsinya, menjadi suatu kesatuan dengan pemahaman yang sama,yang pada akhirnya akan sampai pada suatu titik yaitu memperoleh massa.

Jelasnya : paham akan menghasilkan massa, yang akan menimbulkan  kekuatan. Yang tujuan akhirnya  kekuasaan.

Begitulah galibnya proses atau mekanisme untuk bisa memperoleh kekuasaan,dimulai atau diawali dengan paham.

Paham menimbulkan massa, berlanjut ke kekuatan,lalu kekuasaan. Kita mengenal berbagai paham a.l. kebangsaan, nasionalis,kekaryaan, religius nasionalis, dll.

Apapun paham yang dicetuskan dan dianut, seyogyanya tak bertentangan dengan budaya, adab dan  sila2 kemanusiaan.

Seyogyanya paham tsb ditransformasikan secara bijak dan elegant. Tanpa melalui paksaan apalagi ancaman.

Sayangnya, apa yang terjadi sekarang ini timbul kesan,tak konsistennya  paham yang dilontarkan oleh  partai2 direpublik ini.

Mendirikan partai dengan semboyan restorasi tapi yang terjadi mencalonkan capres dari pihak lain dan bukan dari partainya sendiri.

Se-olah2 dipartainya tak seorangpun kadernya yang bisa tampil dan cakap menjadi pemimpin

Ini memberikan kesan partai tsb tak punya  harga diri dan tak ingin memberikan kepercayaan terhadap para kadernya yang sudah sekian lama dibina.

Menyebut istilah politik gotong royong (koalisi)  antar sesama partai tapi yang terjadi adalah politik transaksional. Aku dukung kamu tapi aku dapat apa? Bukan mendukung untuk kepentingan bangsa dan negara.

Berkata tentang nilai2 kemanusiaan tapi yang terjadi baku hantam  sesama warga, bangsa.  Hanya demi kekuasaan. Serta mengabaikan nilai2 dasar, mental, moral,dan ahlak bangsa. Etc,etc.

Dengan terjadinya ini kiranya tak berlebihan bila dikatakan bahwa pemahaman berpolitik, berbangsa dan  bernegara dikita masih sangat terbatas sekali.*




Komentar