Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

DUDUK PERKARA (5)

Perlukah paradigma nasional?                    

Sayangnya fanatisme itu bisa dimanfaatkan oleh penguasa untuk hal2 yang tidak terpuji.(yang lalu).

Karena memang pengikutnya yang sudah fanatik dan menjadi vested interest itu akan sangat mudah  "digiring"  kemana saja sesuai kehendak sang penguasa.

Padahal jelas2 apa yang telah diperintahkan oleh  penguasa tsb. sebenarnya keliru, akan sangat membahayakan kerukunan dan kehidupan umat manusia.

Inilah resiko terbesar sekaligus bahayanya bila orang sudah vested interest dan mengagung-agungkan penguasa/pemimpin.

Orang kemudian menjadi buta, macet,mandek,tak kreatif dan tak lagi kritis dalam melihat sesuatu yang terjadi. Segalanya akan tergantung pada sang penguasa yang di-agung2kannya, sekalipun titah dan perintahnya keliru.

Karena itu barangkali cara yang terbaik adalah orang seyogyanya menjadi out sider saja dan tak tergantung lagi dari paham yang dianutnya. Apalagi menganut paham yang disertai fanatisme.

Sebab,selain terlalu banyaknya paham/ajaran yang diciptakan manusia ( yang semuanya demi kekuasaan),paham  juga sangat rentan akan terjadinya konflik, karena masing2 kelompok akan mengklaim bahwa pahamnyalah yang paling benar ,paling baik .

Padahal tak ada data empiris yang membuktikan bahwa tak satupun paham/ajaran yang ada didunia ini berlaku sepanjang masa dan terbebas dari segala keriuhan dan kegaduhan. 

Faktanya memang keriuhan dan kegaduhan  selalu timbul tak henti2, sebagai akibat dari egoisme yang memang sudah menjadi karakter dan keharusan dari paham tsb .

Apakah sudah menjadi aksioma dalam kehidupan bila didunia ini manusia memang tak bisa luput dan terbebas dari keriuhan dan kegaduhan?

Barangkali tidak juga. Segala sesuatu bisa terjadi karena disebabkan. Dan penyebabnya sangatlah jelas :  ketamakan, keserakahan, terutama sekali keserakahan ingin berkuasa dan ingin memperkaya diri sendiri.

Lantas bila paham/ajaran nyata2 menjadi sumber malapetaka,apa yang harus dilakukan? Karena kehidupan manusia tak mungkin tanpa  paham/ ajaran.Sebab, bila orang tanpa paham , tak akan memiliki paradigma yang justru sangat diperlukan dalam kehidupan.

Barangkali jawabannya adalah : adanya paradigma agar suatu bangsa atau negara bisa maju kaya dan terkemuka dikancah internasional.

Jelasnya, paradigma agar setiap individu disuatu bangsa/negara selalu  berfikir dan berbuat : bagaimana caranya agar bangsa dan negaranya bisa maju,kaya dan terkemuka  dikancah internasional.Tak lagi berfikir tentang paham secara kelompok. Kalau begitu pertanyaannya : perlukah  paradigma nasional?

                         *

More

DUDUK PERKARA (1)

DUDUK PERKARA (2)

DUDUK PERKARA (3)

DUDUK PERKARA (4)

DUDUK PERKARA (5)

Komentar