Suatu Saat Disuatu Hari (5)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Diusia yang sudah memasuki 76 tahun ini saya merasa seringkali timbul percikan2 pemikiran, baik itu yang serius maupun yang remeh temeh. Merupakan flash back dari kehidupan masa lalu, yang sedang atau yang baru saja terjadi.
Cukup banyak, kalau tidak bisa dikatakan terlalu banyak, percikan2 pemikiran yang dimasa lalu dan kini timbul. Tetapi selalu terabaikan, berlalu begitu saja tanpa arti. Terutama dulu2, yang disebabkan oleh kesibukan rutinitas setiap hari.
Memang,tampaknya kesibukan rutinitas yang sangat banyak menyita waktu, telah membuat kita se-olah2 mendadak jadi innocent,sehingga tanpa disadari kalau itu adalah suatu kekeliruan,kesalahan.
Seperti misalnya suatu saat disuatu hari, saya pernah bertanya dalam diri : kenapa ya pada umumnya, orang2 bila sedang dalam masa pacaran, baik itu cowo maupun cewe, keduanya terlihat sangat mesra,ramah, sabar dan santun?
Tak terlihat dari keduanya pribadi yang buruk yang kelak akan bisa merusak hubungan mereka bila telah berkeluarga. Keduanya terlihat baik2 saja, se-olah2 tak kurang suatu apa. Everything is oke.
Setelah menikah,berkeluarga,pada awal2 juga masih terlihat rukun dan santun.Baru kemudian bila sudah sekian lama,setelah sekian belas atau puluh tahun keduanya berubah, bahkan seringkali bertengkar?
Orang mengatakan : itulah pribadi mereka yang sebenarnya. Atau dalam bahasa yang lebih keren yang dalam psikologi disebut otentik karakteristik , pribadi yang selama ini mereka simpan. Hingga suatu saat tanpa disadari timbul pribadi yang orsinil,yang sebenarnya.
Terhadap kenyataan ini jawaban yang biasa kita dengar : wajar,itu sangat manusiawi, karena manusia memang tak luput dari kesalahan dan khilaf.
Benar,itu sangat benar. Sama sekali tak salah sekalipun jawaban itu klasik,klise yang seringkali kita dengar.Tapi sebenarnya, jawaban seperti itu bukanlah jawaban yang bisa menjawab pertanyaan. Apalagi bila kata2 khilaf itu dilakukan ber-ulang2, seperti juga berulangnya perbuatan tak terpuji.
Karena dalam jawaban itu se-olah2 terselip makna excuse dari suatu masalah. Sehingga apa yang telah terjadi dan dilakukan dianggap hal yang biasa saja, lumrah,karenanya tak perlu ada solusi dan diperbaiki. Benarkah demikian? Benarkah itu sesuatu yang biasa,bahkan sesuatu yang lumrah?
Sepertinya tidak juga. Bagaimanapun, perselisihan atau pertengkaran adalah suatu hal yang tak enak didengar dan dilihat. Bahkan sebenarnya dengan kata2 yang lebih buruk,pertengkaran adalah aib dalam keluarga sebagai akibat dari satu sama lain yang tak saling menghargai.
Seperti halnya yang seringkali kita lihat kemacetan yang tiap hari terjadi di DKI Jakarta,yang terlihat dan terasa sangat membosankan dan menyebalkan. Begitu pula perselisihan dan pertengkaran. Sama
Lantas bagaimana seharusnya kita menghadapi kenyataan seperti ini?
Barangkali sebaiknya setiap saat kita harus bahkan wajib merenung, memahami dan mencamkan dengan penuh pengertian bahwa : hidup rukun, damai, yang disertai dengan rasa kasih sayang akan terasa lebih baik,lebih nyaman, sejuk dan indah, ketimbang selalu berselisih dan konflik.
Sebagai ilustrasi barangkali kita akan merasa segar dan nyaman bila dalam cuaca yang sejuk setiap pagi disekitar kita melihat bunga2 semerbak berwarna-warni berkembang dengan sangat indahnya.
Ketimbang dalam suasana yang hiruk pikuk, panas terik menyengat, melihat sampah berserakan di-mana2 dan tercium bau busuk yang juga sangat menyengat.
*
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar