Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Keinginan Tiada Henti

Suatu saat disuatu hari,timbul pertanyaan dalam diri :  apa yang menyebabkan seseorang sering  mengalami kesulitan?

Karena terlalu banyak keinginan. Ingin punya rumah beserta isinya : tv,kulkas,AC, speda motor,mobil,ini,itu, dll. Setelah keinginan itu terpenuhi, punya rumah, punya speda motor, mobil,ingin rumah  dan mobil yang lebih baik lagi. Yang lebih mewah dan mahal. 

Setelah itu,setelah memiliki rumah dan kendaraan  mahal, ingin punya perhiasan emas atau barang2 lain yang juga mahal, barang2 lain yang aneh2, yang sebelumnya tak diinginkan, dstnya2.

Pendeknya,dari keinginan yang satu ke keinginan lain. Teruus.... saja tak pernah cukup dan puas. Tak henti2 dan  tak ada habisnya. Tak selesai2, tak ada cukupnya, selalu ada saja yang diinginkan.Dengan kata lain : kreatip oleh keinginan.

Terus menerus timbul keinginan,tak henti2, meski sebenarnya standard kebutuhan hidup sudah terpenuhi. Meski apa yang diinginkan itu  tak begitu sangat dibutuhkan. 

Cuma sekedar ingin punya2 atau sekedar duwen2  kalau kata bahasanya orang Suriname. Ini memang yang selalu terjadi dalam diri manusia : tak ada puasnya.

Mending kalau keinginan2 itu bisa terlaksana,terpenuhi,dan terjangkau oleh kemampuan finansial. Kalau tidak? kalau keinginan2 tsb terus menerus timbul dan menggerogoti pikiran,bukan tidak mungkin yang terjadi malah  stres dan jadi  sakit.

Salahkah adanya  keinginan? Tidak juga. Selain keinginan itu merupakan stimulant agar hidup lebih berkembang, itu adalah sesuatu yang natural,yang manusiawi dalam kehidupan manusia.

Kalau memang keinginan itu perlu dan sangat dibutuhkan sekali  why not?. Meski memang sebutan dibutuhkan itu relatip tergantung dari setiap individu.

Kenapa relatip? Karena memang pada kenyataannya sebutan butuh itu bisa : memang betul2 butuh dan urgent, sangat perlu. Atau hanya karena kabita (baca : ngiler) saja,tertarik atau ngiri oleh yang telah dimiliki oleh orang lain,sehingga ingin memiliki juga. Bukan original datang dari keinginan sendiri.

Atau karena pengaruh iklan2 yang kini bertebaran, sangat marak dan menderu, muncul setiap saat dimedia massa. Karena kelompok industri, kodratnya,memang luar biasa pintar dalam meng-iming2i produknya kepada calon konsumen.

Meski begitu,keinginan yang tiada henti itu tak 'kan timbul masalah, dan oke2 saja bila memang kemampuan finansial memungkinkan.Walau hal seperti itu bisa dikategorikan sebagai waste karena sebenarnya dana tsb bisa digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat, misalnya :  untuk membantu saudara atau mereka2 yang betul2 sedang kesulitan.

Keinginan kebiasaan waste seperti inilah yang sebenarnya tak layak untuk dipenuhi. Membeli hanya karena kabita atau ngiri hanya karena melihat apa yang telah dimiliki oleh orang lain. Bukan karena kebutuhan.

Bila ini yang terjadi,maka jelas sense of belonging yang timbul dalam diri bukan sesuatu yang manusiawi dan terpuji,tapi lebih kepada sekedar kabita dan ikut2an apa yang telah dilakukan orang lain.

Gejala inilah yang kini semakin marak dan terjadi dikalangan masyarakat konsumen:

ikut2an apa yang terjadi, yang sedang ngetrend di masyarakat. Yang sebelumnya tak pernah dilakukan secara massal.

Akibatnya,bagi mereka yang tak tertarik ikut2an,timbul stempel, anggapan : orang itu ketinggalan jaman, tidak gaul.  Karena mereka tak mengikuti kekinian, yang sedang ngetrend yang sedang  terjadi.***

Komentar