Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Perubahan Politik Jokowi (4)

Pertanyaannya,bagaimana sebenarnya  duduk persoalannya hingga Jokowi sampai merubah haluan politiknya? 

Jokowi yang kita kenal selama ini : humble,merakyat,tak terlihat ambisius akan kekuasaan dan sederhana. Karena itu agak mengherankan juga ketika kini  melihat Jokowi seperti ini.

Bila kita runut lagi, pertama kali isue 3 periode itu dilontarkan dan diajukan kepada Jokowi ,ia  berkata : "ada yang ingin mempermalukan saya. Ada yang ingin menampar muka saya dan ada yang ingin menjerumuskan saya".

Jawaban ini mengesankan kalau ia tak ingin memperpanjang kekuasaannya, melanggar konstitusi. Akan tetapi Jokowi ketika beberapa kali didesak wartawan tentang kepastian isue tsb, ia tak memberikan jawaban yang tegas. Tak pernah berkata tidak, selalu saja menjawab : akan taat pada konstitusi.

Sementara ada pihak lain, politisi, yang berkata kalau konstitusi itu ciptaan manusia dan bisa dirubah. Apakah ini  juga berarti bila konstitusi dirubah jabatan presiden menjadi  3 periode, Jokowi pun akan mentaatinya?

Inilah memang kebiasaan buruk dalam dunia politik yang seringkali terkesan  abu2, sulit mengatakan ya atau tidak. Sehingga bisa menimbulkan multi tafsir. 

Itu sebabnya ketika diera bung Karno, dr.Subandrio dimahmilubkan, dalam menjawab pertanyaan2 hakim dia hanya boleh menjawab ya atau tidak.

Bila kita mengikuti pidato2 Jokowi disetiap acara, kita memperoleh wawasan tentang demografi,tentang geopolitik, tentang akan datangnya super elnino yang akan sangat membahayakan kehidupan manusia.

Sehingga untuk menghadapinya kita harus bersiap diri dari sekarang. 

Harus adanya gotong royong dan persatuan yang kokoh didalam negeri agar tetap bisa bertahan menghadapi itu semua. 

Bahkan Jokowi juga memberikan gambaran, tahun2 ini merupakan tahun yang sangat menentukan bagi Indonesia. Bila ditahun 2045 ingin berhasil mencapai Indonesia emas.

Tahun2 ini adalah tahun yang sangat menentukan,kata Jokowi.

Apakah wawasan Jokowi ini bisa diartikan bahwa situasi politik harus stabil? Dengan begitu pembangunan yang sekarang dilaksanakan bisa berkelanjutan,sehingga tak ada lagi proyek2 yang mangkrak seperti yang sudah2.

Apakah ini juga berarti bahwa bila bukan dirinya yang tetap jadi presiden rencana tahun 2045 menjadi Ind. emas tak 'kan terwujud? Karena itu masih harus dirinya lah yang jadi presiden?

Atau bila keinginannya untuk bisa menjabat 3 periode tak terwujud paling tidak ada orang kepercayaan yang bisa melanjutkan wawasannya.

Karena itu Jokowi lalu mendesain dua orang kepercayaannya , Prabowo dan Ganjar yang melanjutkannya bila ia tak berhasil 3 periode. Apakah hal2 seperti ini yang menjadikan Jokowi konflik dengan Megawati sehingga merubah haluan politiknya? Kita tak bisa mengatakan dengan jelas, pasti.

Terbersit info, Jokowi tak setuju ketika Mega ingin mengajukan Puan sebagai capres dan Prabowo wakilnya. Alasannya karena elektabilitas Puan yang sangat rendah meski telah diupayakan. Selain Prabowo pun tak bersedia menjadi wapres.

Overall,tak bisa dipungkiri tampaknya memang acapkali terjadi perbedaan pendapat antara Jokowi sebagai presiden  dengan Mega sebagai ketua umum yang selalu berkata : presiden adalah petugas partai.

Bila kita ingat,Jokowi yang berasal dari Solo,yang menganut  budaya Jawa, hal2 seperti itu tak 'kan  selalu  tampak dipermukaan, dipanggung depan. Dan hanya bisa diketahui dipanggung belakang, oleh para politisi yang memang sudah berpengalaman dan kulino dipolitik.

Last but not least,apakah uraian singkat diatas tsb akurat dan benar? 

Sebagai orang yang sangat awam saya hanya bisa berkata: wallahu a'lam bishawab. Hanya Allah yang maha tahu sebagai pencipta alam semesta yang bisa menjawab.*



Komentar