Antara Jualan Produk Dan Pilpres (2)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Hanya bedanya, yang satu jualan produk. Sedangkan capres atau caleg jualan ide, jual gagasan, performance.
Ada perbedaan yang hakiki antara jualan produk dengan jualan gagasan dan performance. Jualan produk riil, nyata. Terlihat, langsung terasakan, seketika.Tak perlu menunggu nanti.
Sementara jualan ide atau gagasan kebenarannya nanti, kelak. Masih merupakan bayang2, fatamorgana, alias harapan yang belum jelas, karena belum terbukti kepastiannya.
Yang jelas, jualan ide atau gagasan menyangkut performance,kepribadian seseorang. Bisa dikatakan tidak absolut. The truth is not forever. Kebenarannya tak bisa selamanya, karena menyangkut kepribadian. Kepribadian memang sesuatu yang berkembang. Berbeda dengan produk yang umumnya statis.
Karena itu, sebenarnya taklah terlalu mengherankan bila kepribadian seseorang tiba2 lalu berubah, dari yang semula positif menjadi negatip.
Perubahan yang 180 derajat ini tentu akan mengakibatkan terjadinya kontroversi.Akan terjadi pembelahan antara yang pro dengan yang kontra. Mereka yang pro biasanya pengikut yang disertai dengan loyalitas militansi yang tinggi. Sedangkan yang kontra memang bukanlah pengikut loyalis sehingga lebih kritis dan menganalisis.
Akan tetapi seperti kita ketahui,dalam politik berbagai kemungkinan bisa terjadi. Maka hal2 seperti ini seyogyanya harus dianggap sebagai sesuatu yang biasa, lumrah. Dalam bahasa Suriname politisi memang biasa disebut esuk dele sore tempe.
Selain itu sebagai politisi - apalagi tingkat RI 1 - bila sudah tak menjabat,harus memiliki taktik dan strategi agar bisa mempertahankan diri dan luput dari kemungkinan yang tak diinginkan.
Maka sangat logis dan bisa dimengerti bila Jokowi lalu menempatkan Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep sebagai penerusnya. Sebagai bentuk dari ke-hati2annya, sekaligus juga merupakan antisipasinya dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.
Seperti halnya dulu Gus Dur ketika jadi presiden memiliki PKB, sebelum "dicopet" oleh cak Imin. SBY memiliki partai Demokrat, tapi gagal dicopet Moeldoko. Dan Mega yang memiliki PDIP. Mereka semua adalah mantan2 presiden yang memiliki partai sampai sekarang.
Sepertinya strategi diri semacam ini memang harus dilakukan dan dimaklumi. Karena selain bentuk antisipasi juga merupakan katarsis agar seorang mantan pejabat tinggi tak mengalami power syndrome setelah tak berkuasa.Bila tidak,celaka.
*
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar