Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Revolusi mental

Ketika dalam kampanye pilpres 2019 Jokowi mengatakan akan melakukan revolusi mental, dalam hati saya bertanya :  mental siapa, mental para aparat atau bangsa Indonesia?  dan bagaimana caranya?

Sebab menurut hemat saya, dari sekian banyak program yangakan dilakukan bila terpilih menjadi presiden, program inilah yang akan paling sulit untuk bisa dilaksanakan, diwujudkan secara konkrit.

Dalam kehidupan manusia, sedikitnya ada 2 hal  ilmu yang bisa dipelajari secara konkrit dan relatip mudah yaitu: Teknologi dan science.

Secara sederhana kita bisa mengatakan kedua ilmu itu kita bisa mempelajari  relatip  mudah bila kemampuan intelegensi,tekad, dan finansial memang mendukung.

Karena kedua ilmu tsb bisa dikategorikan sebagai ilmu konkrit dan bisa dilakukan melalui pendidikan yang juga kon krit,krn bisa tanpa banyak hambatan dan gangguan yang berarti. Tapi bisa dilakan  dengan stimulan, minat yang berkesinambungan.

Tapi masalah merevolusi mental?  Jangan tanya.

Karena mental dikategorikan sesuatu yang abstrak, dan tidak ada satupun pendidikan yang khusus untuk masalah mental. Belum lagi mental selalu berkaitan dengan akhlak sehingga pengertiannya menjadi sangat luas karena selalu ada dan kaitannya dengan kegiatan manusia dalam berbagai hal. 

Lagi pula, untuk bisa melakukan perbaikan atau perubahan mental secara massal, yang pasti diperlukan stabilitas power dan stabilitas politik, melalui kekuatan politik yang ada

Bila tidak,maka program apapun yg direncanakan akan sangat sulit untuk bisa dilaksanakan. Contoh : kejatuhan Gus Dur sebagai presiden.

Jatuhnya Gus Dur sebagai presiden sebenarnya hanya kalah dalam kekuatan politik. Sebab tuduhan kepada Gus Dur pada waktu itu: baru  diduga telah melakukan korupsi Bulog dan bantuan hibah dari raja Brunei Darussalam. Belum terbukti sah seca- ra hukum di pengadilan.Tapi karena kalah secara politik akhirnya dengan mudahnya Gus Dur  jatuh.

Akan halnya kekuatan politik yang diperoleh Jokowi: Baru terpilih menjadi presiden yang didukung oleh rakyat shingga legitimate. Akan tetapi untuk punya kekuatan secara riil politik dari partai2 yang ada masih belum.

Itu sebabnya Jokowi kemudian merangkul banyak partai untuk masuk kedalam koalisinya termasuk Prabowo (Gerindra) rivalnya agar bisa menambah kekuatan riil  politik. Ini adalah suatu pemikiran yang cerdik dan tepat. Karena bisa dibayangkan  apa yg akan terjadi secara politik bila itu tak dilakukan Jokowi. Karena telah terjadi polarisasi

Ditambah lagi keberhasilan Jokowi yang telah mensinergikan TNI dengan Polri, sehingga rongrongan oposisi dan para demonstran terkendali.

Meski begitu,keinginan untuk melakukan program revolusi mental akan masih tetap sulit terwujud karena sekali lagi : selain sesuatu yang abstrak, fakta adanya  historis materialisme  dalam kehidupan manusia memang tak bisa dipungkiri, meski sdh bersatu dalam 1 koalisi.

Seperti juga kata peribahasa :  _* Dalam laut bisa diduga,dalam hati siapa tahu*_   *

oleh : Tek Ko Seng.

Komentar