Dari Aib Dukun Dan Pujian Bagi Jokowi
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Menulis bagi saya selain merupakan kenikmatan tersendiri, kegiatan olah pikir, juga sekaligus sebagai pengisi waktu.
Disaat-saat saya sedang idle, biasanya saya mengisinya dengan menulis, meski kegiatan tersebut tak memiliki nilai ekonomi sama sekali.
Tidak masalah. Karena bagi saya, kepuasan tak hanya diperoleh dan harus dalam ekonomi, tapi ada segi2 lain yang saya butuhkan yaitu: freedom from within.
Karena itu dalam keadaan bagaimanapun,saya selalu saja punya keinginan untuk menulis.Selain memang kegiatan ini sudah habit, aktivitas saya dimasa lalu.
Hanya memang,kadang2 juga jemu bila terus menerus menulis,(itu tak saya pungkiri), karena itu saya mengkompensirnya dengan kegiatan2 lain.
Belakangan ini,saya lagi asyik membuka YouTube, dengan konten penipuan2 yang dilakukan oleh para dukun yang berkedok agama. Sehingga banyak korban yang menderita kerugian selain materiil.
Saya asyik melihatnya. Penipuan2 para dukun yang berkedok agama itu (seperti santet,susuk,buluh perindu,pelaris,kebal) satu persatu ditelanjangi oleh anak muda yang bernama Marcel Radhival
Bagi saya apa yang dilakukan Marcel sangat menarik.
Selain keberanian yang dilakukanya (menelanjangi kejahatan para dukun) juga berjasa membuka mata para korban dukun bahwa : sebenarnya apa yang dilakukan para dukun selain bohong, palsu juga penipuan yang sangat jahat.
Cukup banyak sudah konten tentang itu yang sudah saya lihat. Dan saya lalu berkesimpulan : selain Marcel punya keberanian yang luar biasa, telah berani membuka aib para dukun, (itu sangat beresiko),
juga memang tidak sekedar omdo,tapi dia memang berkemampuan, profesional.
Saya mengapreciate akan kemampuan dan niat baiknya untuk memberitahu kepada masyarakat tentang : bagaimana yang sebenarnya perilaku para dukun yg sangat jahat itu.
*
Ketika saya sedang asyik asyiknya melihat konten2 nya Marcel, tiba2 saja saya juga melihat konten seorang profesor yang memuji2 Jokowi sebagai seorang presiden jenius.
Pujian itu datang dari Kishore Mahbubani, seorang profesor peneliti dari Institut National University of Singapore.
Dikatakannya secara ter-buka,Jokowi selain sebagai pemimpin yang jenius,juga dinilai sebagai pemimpin yang paling efektif didunia.
Menurut mantan diplomat diera Lee Kuan Yew itu,negara2 lain seharusnya iri kepada Indonesia,karena memiliki pemimpin seperti Jokowi yang mampu meredam perpecahan politik hingga kesenjangan sosial yang tinggi di Indonesia.
Pertanyaannya : apakah semua masyarakat Indo. akan bangga dan setuju dengan pujian yang telah dikatakan prof.Kishore Mahbubani itu?
Saya pikir tidak. Bagi mereka yg mmg bersimpati kepada Jokowi dan pendukungnya, tentu akan merasa setuju, bangga.
Akan tetapi bagi mereka, musuh2 politiknya,yang sudah ngebet dan tak tahan lagi ingin merebut
kekuasaannya, dan selalu nyinyir seperti : Rizal Ramly,Rocky Gerung,Fadly Zon,Fachry Hamzah dll tentu akan muak dan merasa mual mendengarnya
Seperti komentarnya Rocky Gerung istana katanya telah membayar profesor tsb, agar Jokowi tidak jatuh karena ekspektasinya yang tinggal 17%.
Benarkah itu? Mungkinkah seorang profesor kaliber internasional bisa diberlakukan seperti itu?
Saya pikir, sebaiknya Rocky jadi presiden,kita lihat mampukah dia memimpin republik ini? Tapi dia tak mungkin jadi presiden karena bukan orang partai.
Pernah dia ikut mendukung Prabowo. Tapi stlh Prabowo kalah,dia ngeles dan ngoceh macam2. Anehnya,orang seperti Rocky ada yang bersimpati.
Apakah perilaku membenci lawan politik itu aneh? Saya pikir juga tidak.
Karena apapun yang telah dilakukan lawan politik, yang terbaik sekalipun, akan selalu dianggap salah. Karena memang begitulah power balance nya alam semesta. Selalu 2 : setuju dan tak setuju.
Didunia ini memang akan selalu ada yang pro kontra.
Seperti Marcel anak muda yang berani membuka aib para dukun,tentu akan dibenci oleh para dukun.
Begitu pula Jokowi akan selalu dibenci oleh lawan2 politiknya, sekalipun apa yang telah dilakukannya benar : untuk rakyat.
*
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar