Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Masyarakat Yang "Sakit" (1)

 

Meski agak lama  tak men-share tulisan,tapi tiap hari saya menulis. Hanya saja, selain menulis sebagai pengisi waktu dan olah pikir, tulisan saya simpan, sebagai stock untuk dijadikan sebuah buku, sebagai kenang2an saya untuk anak cucu.

Saya tak mensharenya, karena sangat setuju akan nasihat teman : tidak usah terlalu sering mengirim tulisan karena keadaan sudah berubah : generasi milineal tak lagi habit membaca.

Cukup banyak saya menulis dalam bentuk analisa dan telaah sesuai dengan isue2 yang sedang berkembang.

Seperti isue tentang Fadel Muhammad yang usul kepada Jokowi agar dicopot sebagai Menkeu, tapi sekarang kempes, tak ada beritanya lagi.

Tentang ucapan Kasad Dudung Abdurachman yang mengatakan Allah bukan orang Arab. Bahar Smith yang baru saja keluar dari penjara lalu berceloteh lagi,dll.

Tapi itu saya tulis untuk kalangan sendiri,karena beresiko bila diekspose.

                    *

Judul tulisan ini memang agak bombastis. Sengaja. Diakhir tahun ini,secara sederhana, awam, saya  menelaahnya  dengan singkat  : bagaimana sebenarnya keadaan  sosial politik, ekonomi  masyarakat kita   dipenghujung 2021 ini.

                 **

Secara singkat  kita bisa mengatakan, negara bisa terbentuk karena adanya bumi, rakyat, pemerintah. Itulah syarat bila suatu negara ingin diakui dunia. Bumi kita  jelas sangat oke, karena selain alamnya indah,iklimnya tropis, tanahnya pun subur sehingga sangat layak dan memungkinkan penduduknya makmur, gemah ripah loh jinawi.

Tapi apakah sebutan itu sudah dialami oleh seluruh masyarakat kita? Sepertinya belum.Hingga sekarang msih terlihat adanya  disparitas yang menyolok baik  dibidang ekonomi maupun  sosial.

Yang kaya semakin bertambah kaya,dan yang miskin tetap miskin, sehingga terjadi jurang yang tinggi dan  dalam dikalangan masyarakat.

Dibidang akhlak dan mental pun terjadi erosi yang sangat tajam. Ini terlihat terkikisnya etika, sopan santun,tertib dan disiplin yang dalam kehidupan se-hari2 juga terlihat semakin merosot.

Korupsi kini semakin menggila,pejabat,sudah tidak malu lagi bahkan  ketawa cengengesan meski KPK sudah mengenakannya baju rompi oranye dan banyak diekspose dimedia sosial.

Orang sudah tak memiliki perikemanusiaan,perasaan dan belas kasihan lagi. Menggasak dana BLT  untuk rakyat miskin yang terkena pandemi covid.dll

Mengapa ini bisa terjadi?

Secara sederhana  kita bisa mengatakan bahwa rakyat itu sebenarnya abstrak. Ibarat sapu lidi,rakyat adalah lidi yang berserakan yang tak diikat. Meski jumlahnya 260 juta,tapi nyatanya tak bisa berbuat apa2. Pasip.

Rakyat menjadi konkrit dan bisa berbuat sesuatu bila diikat, yaitu dengan dibentuknya organisasi2 kemasyarakatan (ormas2) dan partai2.

Tanpa  itu, nothing.

Jelasnya,ormas2 dan partai2lah sebenarnya yang bisa mengendalikan kehidupan manusia (baca : rakyat) yang semula abstrak menjadi konkrit.Dan dari pasip menjadi aktip.

Masyarakat bisa demo dan mengajukan usul/pendapat bahkan people power bila dikendalikan oleh ormas dan partai.

Tanpa itu,suatu hil yang mustahal.Karena itu, rakyat lalu menjadi yes man dan sumuhun dawuh kepada ormas dan partai. Seperti kerbau yang dicocok hidung.

Kenapa ormas dan partai bisa mengendalikan rakyat? Karena disitu ada tokoh2 masyarakat yang menjadi panutan rakyat.

Melalui tangan2 merekalah ormas dan partai mengendalikan rakyat.Dari pasip menjadi aktip.

Ibaratnya, tokoh2 masyarakat adalah pengikatnya dalam sapu lidi,sehingga rakyat yang semula abstrak menjadi konkrit dan bisa memiliki kekuatan.

Lantas bagaimana sebenarnya keadaan ormas dan partai2 hingga saat ini.Yang  bisa membuat rakyat abstrak menjadi konkrit?................

Selanjutnya....

Masyarakat Yang "Sakit"(1),    Masyarakat Yang "Sakit" (2),    Masyarakat Yang "Sakit" (3),


Komentar