Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Masyarakat Yang "Sakit" (3)

 Masyarakat yang "sakit".    (3)

Ini terbukti bila ada kebijakan pemerintah yang tak berkenan di hati rakyat, mereka tidak serta merta mendatangi DPR dan mengadukan permasalahannya. 

Akan tetapi rakyat malah ber-bondong2 demo turun kejalan sehingga jalan menjadi macet dan lalu lintas pun terganggu. Masyarakat umumpun merasa miris dengan adanya demo, apalagi secara besar2an, karena kuatir terjadi kerusuhan dan timbulnya anarkis sehingga selain merusak tempat, kantor2 dan lembaga2 pemerintah yang vital juga kuatir akan timbulnya korban.

Maklum,demo besar2an akan sangat rawan dan mudah sekali ditunggangi oleh pihak lain yang mencari keuntungan. Seharusnya bila ada kebijakan pemerintah yang tak berkenan,para demonstran harus datang ke DPR dengan damai, menyampaikan aspirasi dan meminta solusinya.

Bila para wakil rakyat itu ternyata tetap cuek dan  dableg ,tak peduli akan tuntutan rakyatnya, partai harus bahkan wajib merecallnya,karena tak pantas sebagai wakil rakyat.

Karena DPR adalah wakil rakyat yang dipilih dan ditunjuk oleh rakyat. Jadi kepada merekalah seharusnya rakyat mengadu,bukan ber-bondong2 demo turun kejalan dan meresahkan masyarakat umum.

Kejadian seperti ini, dan selalu terjadi ber-ulang2, memberikan kesan bahwa anggota DPR bukanlah benchmark wakil rakyat yang baik, melainkan hanya pejabat, output dari partai,yang hanya mencari kekuasaan  untuk kepentingan pribadi, bukan untuk melayani rakyat. Ini kesalahan partai karena telah gegabah menyodorkan calon yang tak representatif, salah, pada rakyat untuk dipilih.

Disisi lain, grass roots pun meski sudah 75 tahun merdeka  selalu saja tak cerdas dalam mencari solusi suatu permasalahan. Bahkan yang terjadi grass roots seringkali diperalat oleh para kaum oposant, dengan ditiupkannya isue2 hoax, fitnah,ejekan, kecaman,kepada pejabat  dan aparat pemerintah, sehingga situasi jadi emosional dan membara.

Kita semua tahu,dengan keterbatasannya,rakyat sangat mudah terpancing oleh roastingan yang dilakukan para oposant. Karena memang begitulah behaviour mereka sebagai rakyat jelata.Sangat mudah percaya oleh isue2 hoax.

Behaviour seperti ini tampaknya sudah  melekat dalam diri mereka, sehingga timbul kesan bahwa input apapun yang didengar dan diterima akan selalu dilahapnya mentah2 tanpa adanya  check and rechek serta analisa dan penghayatan lebih dulu.

Ini juga menandakan bahwa selain mereka fanatik pada tokoh politik panutannya, nalar,logika, akal sehat mereka pun sepertinya  macet.

Dengan kata lain,mereka cenderung untuk sangat mudah menerima dan meniru tentang apapun dari pihak lain,termasuk isue2 yang negatif. Jangankan input  negatif yang berupa isue2 hoax politik. Bahkan dalam  berkesenian, berbusana dan kuliner pun mereka cenderung untuk lebih meniru dan menelan dengan begitu saja tanpa adanya filter terlebih dulu

Mereka tak lagi berpikir apakah  busana yang mereka lihat dan pakai itu layak, pantas atau tidak untuk mereka kenakan. Yang penting, bila sedang in dan ngetrend, busana apapun bagi mereka akan selalu ready for use.

Begitu pula dibidang kesenian seperti drakor dan K pop terbukti lebih digandrungi ketimbang kesenian lokal yang merupakan warisan dari leluhur dan nenek moyang mereka.

Juga kuliner asing  dari Korea, Jepang dan Thailand seperti Hoka2 Bento,Sashimi dan Tom yam,bagi mereka dianggap  merupakan makanan yang bergengsi yang harus mereka santap meski harganya mahal tapi tastenya belum tentu cocok dengan selera mereka.

Itulah sekilas secara umum behaviour dan budaya masyarakat kita hingga saat ini.Sepertinya,kini tak terlihat lagi budaya bangsa, jati diri dan kepribadian aseli yang melekat dalam diri mereka. Mereka cenderung untuk plagiat dan mudah sekali terpengaruh dari luar.Tak lagi memiliki kreativitas dan pendapat sendiri,tapi lebih senang meniru.

Tampaknya semua itu merupakan benchmark bahwa sebenarnya masyarakat kita sedang "sakit". 

Karena terbukti sangat mudah sekali terpengaruh oleh budaya lain. Mudah meniru,tanpa nalar,logika dan akal sehat. Tepatnya : tak memiliki kepribadian.

Sementara partai2,para politikus sibuk dengan kiprahnya masing2 : haus mencari kekuasaan. Padahal sebenarnya inipun tugas partai untuk memberikan pencerahan kepada para kontituennya

Begitulah sekilas keadaan masyarakat kita hingga dipenghujung 2021 ini,terutama dikalangan grass roots sebagai konstituen dari suatu partai.

Karena sudah cukup panjang,sampai disini tulisan ini saya akhiri.

Selamat tahun baru, sampai bertemu lagi tahun depan.*

Sebelumnya....

Masyarakat Yang "Sakit" (1),    Masyarakat Yang "Sakit" (2),   

Komentar