Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Menghitung Kekuatan Koalisi

 Menghitung Kekuatan Koalisi, Sampai hari ini peta politik koalisi yang akan mengikuti pilpres adalah :

Koalisi kebangkitan Indonesia raya (Prabowo dengan Cak Imin), meski belum tahu siapa yang akan jadi capres/cawapresnya.

Nasdem meski sudah menyuguhkan Anies, Ganjar dan Andhika tapi juga belum tahu akan berkoalisi dengan partai apa dan siapa capres/cawapresnya.

Koalisi IB,( Airlangga H, Zulkifli Hasan,Suharso Monoarfa). Sama, juga belum ada kepastian  capres/cawapresnya.

Dan PDIP, yang sendirian,  juga belum tahu apakah Ganjar atau Puan yang akan diusung jadi capres/ cawapresnya.

Bila demikian komposisi yang terjadi, pertanyaan yang timbul: Demokrat dan PKS akan nderek ke koalisi mana?

Ke koalisi Surya Paloh ( Nasdem), Airlangga (Indo.Bersatu), atau ke koalisi kebangkitan Ind. Raya, Prabowo + cak Imin

Sebab,meski mereka berdua (Demokrat dan PKS) ingin berkoalisi, jumlah kursinya hanya 104,tak memenuhi syarat presidential treyschold. Masih perlu 1 partai lagi.

Ke PDIP sepertinya tak mungkin. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dengan alasan tak ada chemistry, sudah resmi menutup pintu bagi Demokrat dan PKS  untuk berkoalisi.

Bila demikian halnya, kemungkinannya bagi kedua partai tsb adalah bergabung ke Airlangga (Ind.bersatu), ke Surya Paloh (Nasdem) atau ke koalisi Prabowo(Ind.raya)

Bila ini yang terjadi maka akan ada 4 poros dengan jumlah kursi: Airlangga (koalisi Ind. Bersatu) 148, koalisi Surya Paloh 59, koalisi Prabowo 136 dan PDIP (tanpa koalisi) 128.

Tiga klub partai: IB, Gerindra dan PDIP sudah layak mengusung pasangan capresnya masing2, karena sudah memenuhi syarat PT. (Presidential Treyschold) 

Bila Demokrat dan PKS berkoalisi ke Nasdem, kita melihat jumlah kursi terbanyak adalah koalisi Nasdem163,kursi yang paling sedikit adalah PDIP (tanpa koalisi) 128.

Pertanyaannya : apakah koalisi Nasdem karena jumlah kursinya yang terbanyak akan memenangkan pertarungan? Koalisi IB, Gerindra dan PDIP akan keok? Belum tentu juga.

Sebab,selain menjelang hari H (last minute) komposisi  bisa saja berubah. Sepertinya kemenangan selain ditentukan oleh mesin politiknya, juga sangat tergantung dari figur yang ditampilkan, apakah berkenan di hati rakyat (pemilihnya) atau tidak.

Karena itu, sebenarnya wara-wiri dan zig-zagnya para tokoh politik akhir2 ini ke partai2 sepertinya hanya buang2 waktu dan energi saja.

Kelihatannya faktor figur akan lebih dominan bagi partai koalisi dalam menyuguhkan calonnya.

Bukan berapa banyak kursi yang dimiliki koalisi

                   *

Komentar