Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Dua Garis Yang Sejajar (2)

 Karena itu,bila dilihat dari segi kebebasan,pedagang lebih bebas ketimbang pegawai,baik pegawai swasta maupun pemerintah.

Banyak kebebasan yang dimiliki oleh para pedagang selain tak adanya jam kerja. Mereka sangat bebas  bila misalnya hari ini atau selama beberapa hari libur tak jualan. Tak akan ada yang me-ngutik2 atau menegurnya.

Sebab,mereka  adalah bosnya dan  bisa juga sekaligus yang  jadi karyawannya. Mereka juga tak jadi masalah bila tak jualan karena sedang tak enak badan atau sakit. Dan tak memerlukan surat keterangan dokter,karena tak kan ada yang memintanya.

Berbeda dengan pegawai negeri maupun swasta tak bisa begitu saja , seenaknya,semau gue libur tak masuk kerja walau dengan alasan apapun. Apalagi bila tak masuk karena sakit,diperlukan sekali surat keterangan sakit dari dokter. Bila tak ada surat itu bisa berakibat pada konduite sebagai karyawan.

Bagaimana dari segi...............

More:

Dua Garis Yang Sejajar (4),

Dua Garis Yang Sejajar (3),

Dua Garis Yang Sejajar (2),

Dua Garis Yang Sejajar (1),

Komentar