Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Perlukah masyarakat tahu situasi politik ditanah air?. (1)

Perlukah masyarakat tahu tentang situasi politik ditanah air?  Perlu. Minimal tahu secara elementair perkembangan politik yang sedang terjadi. Meski pasif dan tak ikut dalam politik praktis. Kenapa perlu tahu?

Sebab,bila masyarakat sama sekali tidak tahu dan tak mengikuti perkembangan politik (dalam pemilu masyarakat salah memilih pemimpin), maka pada akhirnya masyarakat luas jugalah yang akan menanggung resikonya. 

Bila ini terjadi,maka yang akan menderita adalah masyarakat itu sendiri,yang hanya disebabkan oleh ulahnya para pemimpin.

Sebagai contoh :  bila ditahun 1965 G30S berhasil dan menang,maka republik dan masyarakat Indo.akan menjadi negara komunis.  Maka taklah berlebihan bila masyarakat sedikit banyak perlu tahu tentang situasi politik yang sedang terjadi.                          

Pemilu,yang akan menentukan nasib masyarakat luas,tinggal setahun lagi. Maka wajar bila para politisi yang sedang berkecimpung dalam dunia politik mulai melakukan taktik, manuver ,bergerilya, melakukan strategi agar bisa menang dalam pemilu.

Nasdem misalnya, Surya Paloh sudah lebih dulu mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres,meski belum sah dan resmi didukung oleh PKS dan Demokrat sebagai koalisinya dan  juga masih  belum memiliki cawapres.

Dengan demikian Anies hanya  baru bisa dikatakan sebagai bacapres (bakal calon presiden) karena selain belum resmi dideklair oleh partai koalisinya dan belum memiliki cawapres,juga belum terdaftar di KPU. Meski sudah sangat getol bersafari kampanye ke daerah2,hampir ke seluruh Indo.

Begitu pula Airlangga Hartarto yang membentuk koalisi KIB (Koalisi Indonesia Bersatu) bersama PAN dan PPP masih belum menentukan siapa capres dan cawapresnya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh KIR (Koalisi Indo.Raya).Gerindra yang katanya  berkoalisi dengan PKB ,Prabowo sebagai capres dan Muhaimin Iskandar yang ingin jadi cawapresnya,juga masih penjajagan karena belum mendeklarasikannya secara resmi.

Hanya PDIP yang masih meneng wae belum berkoalisi,mendeklarasikan capres cawapresnya. Tampaknya Megawati memakai prinsip ojo kesusu dan alon2 asal kelakon,sambil menunggu  timing yang tepat kapan harus mendeklair capres dan cawapresnya.

Dengan demikian,hingga saat ini...........Next

Posting lengkapnya: 

Perlukah masyarakat tahu situasi politik ditanah air?.   (1)(2)(3)(4)


Komentar