Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Jokowi-Mega 3 Jam Ngobrol2 di Istana (2)

Karena bila pemerintah tak bisa menciptakan barrier,maka peristiwa Pilgub DKI 2017 dan pilpres 2019 yaitu politik identitas yang hampir memecah belah bangsa ini bisa terulang lagi. Inilah yang sangat tak diinginkan dan yang dikuatirkan  pemerintah karena resikonya terlalu besar.

Bisa dibayangkan, andaikan Jokowi tak merangkul lawan politiknya kala itu,dan tak menjadikannya Prabowo menjadi menhan,mungkin situasi tanah air akan chaos karena demontrasi yang tak henti2.

Beruntung, situasi kelam seperti itu bisa teratasi,dan situasi politik hingga saat ini bisa dikatakan relatif aman dan terkendali. Sebab,bila terjadi chaos, akan berdampak pada masalah ekonomi dan akan terjadi inflasi yang membumbung tinggi seperti yang telah terjadi pada 1998. Krismon.

Apalagi tak lama setelah pilpres terjadi pandemi Corona. Ini tentu merupakan hal yang pelik. Karena selain pemerintah kesulitan mengatasi pandemi,juga pandemi akan  merupakan momentum bagi pihak lawan untuk terus menerus menyerang pemerintah.

Barangkali karena itulah setelah pandemi usai, pemerintah mengambil inisiatif agar pemilu hanya diikuti oleh 2 poros saja. Pertimbangannya, selain biayanya tak terlalu besar,juga  bisa terhindar dari politik identitas. 

Bila hanya 2 poros,maka yang akan terjadi adalah all president man. Keuntungannya, diharapkan kebijakan pembangunan yang telah diterapkan Jokowi akan berlanjut.

Tapi siapa2 saja capres-cawapresnya dari kedua poros tsb? Belum bisa dipastikan karena masih berproses. Diatas kertas yang jadi capres biasanya adalah partai papan atas yang diwakili oleh masing2 ketua umumnya, meski bisa saja terjadi capresnya out sider.

Misalnya dari Golkar Airlangga Hartarto, Gerindra Prabowo, dan dari  PDIP Ganjar Pranowo atau Puan Maharani. Meski sampai saat ini belum ada kepastian. Bisa saja hanya ada 2 poros,dan itu tergantung dari hasil lobi2 politik diantara mereka.

Tapi yang ideal memang cukup hanya 2 partai saja agar bisa menghemat biaya.

Kembali ke pasangan yang diharapkan bisa menjadi barriernya pasangan politik identitas, siapakah yang akan jadi capres- cawapresnya apakah.................Jokowi-Mega 3 Jam Ngobrol2 di Istana (3)


Selengkapnya;

Jokowi-Mega 3 Jam Ngobrol2 di Istana (1)

Jokowi-Mega 3 Jam Ngobrol2 di Istana (2)

Jokowi-Mega 3 Jam Ngobrol2 di Istana (3)

Jokowi-Mega 3 Jam Ngobrol2 di Istana (4)

Jokowi-Mega 3 Jam Ngobrol2 di Istana (5)

Komentar