Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Nonton Machfud MD Ngegas di DPR (2)

Tapi karena kembali ke kantor saya harus menulis apa yang telah saya liput,dan ini merupakan tanggung jawab pekerjaan, saya pun tetap  menulisnya meski dengan suasana hati yang sangat datar.

                                *

Seorang wartawan adalah pewarta,  penyebar informasi. Dia harus bisa  memberikan informasi kepada masyarakat dengan benar dan jujur. Selain tulisan yang encer agar enak dibaca.

Harus memberikan public opinion yang positip sekaligus juga education , agar masyarakat tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi.Untuk itu,wartawan harus "kejar info", harus kreatif, aktif  berfikir dan bertanya. Tak boleh pasif, se-olah2 keadaan sedang baik2 saja tak  terjadi apa2.

Berbeda dengan masyarakat yang selalu dan terbiasa konsumtif dalam informasi. Seorang wartawan adalah pemberi yang harus produktif dalam menyuguhkan informasi yang benar, sehingga situasi bisa menjadi sangat terang benderang.

Sayangnya, situasi kini dimana materi jadi yang nomer siji, sangat banyak sekali wartawan yang tak terpuji yang dikenal dengan sebutan wartawan amplop.

                             *

Situasi politik yang terjadi diera orde baru tak memberikan ruang bagi wartawan untuk bisa menulis dengan jujur dan benar karena memang sangat beresiko. Dibui.

Sebagai contoh,Mochtar Lubis,pemimpin redaksi koran harian Indonesia Raya (ketika saya bekerja)  kala itu, diera orde lama dipenjara. Diera orde baru, korannya dibreidel karena sering mengeritik pemerintah, penyelewengan di Pertamina.

Baru diera reformasi, sejak presiden Habibie, ruang wartawan bisa terbuka lebar, bebas memberikan informasi dan kritik.Tentu saja kritik yang disampaikan harus bisa membangun untuk suatu kemajuan. Bukan untuk menjatuhkan dengan cara menulis asal jeplak seperti yang sering terjadi sekarang.

                                  *

Tulisan ini tak bermaksud menyuguhkan tentang apa yang telah terjadi dalam dengar pendapat antara komisi III DPR dengan Machfud MD yang berlangsung dari jam 15  hingga jam 23 tadi malam. 

Karena di youtube sudah dipublish secara visual dengan jelas dan lengkap sebagai bukti bahwa kini pers sudah sangat bebas menyuguhkan informasi apa yang sedang terjadi. Sudah sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan  ketika era orde baru

Hanya saja,sebagai akibat dari kebebasan yang kebablasan serta dampak dari era digitalisasi, dengan dalih demokrasi orang kemudian jadi bicara se-mau2, tak peduli lagi akan etika dan sangat  tak terkendali. 

                                *


Selengkapnya:

Nonton Machfud MD Ngegas di DPR  (1)

Nonton Machfud MD Ngegas di DPR  (2)

Komentar