Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Faktor faktor Perasaan

Kita mungkin pernah mengalami bila bertemu dengan seseorang baik itu saling menyapa atau tidak dalam hati  kita lalu berkata : rasanya saya pernah lihat orang itu tapi siapa dan dimana ya? Lupa2 ingat.

Atau bila kita berkunjung kesuatu tempat disuatu desa dalam hati kita juga berkata; rasanya saya pernah berkunjung ketempat seperti ini, tapi kapan dan dimana ya? 

Perasaan  seperti ini sebenarnya sangat umum dan seringkali terjadi , dialami oleh siapapun tak terkecuali. Biasanya hal2 seperti ini agak terlupakan karena kejadiannya sudah cukup lama bahkan lama sekali sehingga mudah terlupakan.

Samar2 kita akan teringat dan akan mengenalnya kembali bila kejadian itu terulang lagi ,jika bawah sadar kita timbul akan kejadian2 yang telah lama berlalu.

Hal seperti ini dalam psikologi  oleh pakar psiko analisis Sigmund Freud disebut sebagai past life regression atau regresi kehidupan masa lalu - masa lampau. Yang dalam istilah  Freud disebut unconscious.

Menurut Freud,masa lampau yang pernah terlupakan  akan timbul lagi melalui pikiran bawah sadar bila ada triger yang berkaitan dengan masa lalu yang pernah dialami. 

Pertanyaannya,apakah faktor perasaan seperti itu juga akan selalu diingat dan dialami oleh para politikus? Jelasnya, apakah faktor perasaan memegang peranan penting dan merupakan kendali bagi orang yang bergerak didunia politik?

Barangkali tidak. Para politisi sepertinya  sudah terbiasa dan habit dengan selalu mengenyampingkan faktor2 perasaan dalam aktivitasnya didunia politik.

Karena itu istilah2 tepo seliro,rumongso , ewuh pakewuh,isin,tahu diri, dan etika tak berlaku dalam dunia politik. Dalam dunia politik berlaku sebutan menghalalkan segala cara,yang penting tujuan tercapai.

Karena itu pula istilah benar dan salah menjadi rancu. Tidak ada benar dan salah dalam dunia politik. Sebab kebenaran hanya berlaku bagi yang menang, dan salah hanya berlaku bagi yang kalah. Hal itu pulalah yang menyebabkan adanya adagium politics is the art of achieving the possible - politik adalah seni untuk bisa mencapai berbagai kemungkinan.

Itu sebabnya pula ada kader2 politik yang dengan seenaknya menjadi kutu loncat, pindah dari satu partai ke partai lain dengan seenaknya tanpa risi dan malu2. Contohnya seperti yang telah dilakukan oleh salah satu kader, Sandiaga Uno :  dari PKS ke Gerindra, sekarang ke PPP. Tanpa ada etika, ewuh pakewuh dan rasa isin. Hanya karena merasa banyak fulus, ingin mencapai tujuannya menjadi cawapres.

Meski telah disindir oleh Prabowo : partai bukanlah bus dimana penumpang bisa turun naik dengan mudah dan seenaknya.

                                *

Komentar