Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Kesengsaraan kehidupan disebabkan oleh apa? (1)

Dulu, waktu masih remaja, pernah timbul pertanyaan dalam diri : hidup ini apa ya? Sebenarnya untuk apa kita mesti bekerja keras membanting tulang tak kenal lelah?

Pertanyaan seperti itu akan memperoleh jawaban yang panjang lebar  bila terus dilanjutkan,dianalisis dan dipersoalkan.

Tapi pertanyaan seperti itu kala itu  hanya melintas dan   lewat begitu saja tanpa ada analisis  lebih lanjut dan tak pernah saya renungkan sama sekali. 

Karena selain masih muda, belum banyak makan asam garam,terbatasnya cara berpikir dan wawasan yang  masih sangat sempit ,juga karena  kesibukan kerja se-hari2 pertanyaan seperti itu terabaikan. Bahkan sama sekali musnah, hilang, lenyap, terlupakan dan tak pernah  ada kelanjutannya.

Sekarang diusia yang sudah lanjut,setelah tua renta dan banyak mengalami berbagai hal dalam kehidupan, pertanyaan seperti itu tanpa disadari dan diingini muncul lagi.

Terutama setelah saya mulai mencoba berkontemplasi tentang berbagai hal. Pertanyaan demi pertanyaan tentang kehidupan yang ruwet dan rumit datang ber-tubi2 silih berganti.Meski sebenarnya tak saya kehendaki,dan tak saya  ingini.

                                 *

Suatu saat disuatu hari,saya  pernah melihat (bukan membayangkan) suatu  kehidupan yang sangat kontradiktif antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya. Berdasarkan data  fakta yang ada.

Satu keluarga sederhana, dengan anak 4 yang masih kecil2,masih dibawah umur,  tiba2 karena sesuatu hal ayahnya meninggal secara mendadak dalam usia yang juga terbilang  masih sangat muda.

Padahal dia adalah satu2nya orang yang sangat diandalkan dan merupakan  tulang punggung dalam mencari nafkah. Pelaku sumber mata pencaharian dan sebagai penopang keluarga yang sangat - sangat diandalkan. 

Karena hanya darinyalah pelbagai kebutuhan hidup keluarga bisa teratasi. Dengan tiadanya orang yang sangat diandalkan itu,tak terbayangkan oleh saya  bagaimana jadinya nanti masa depan  kehidupan keluarga mereka,terutama anak2nya  kelak dikemudian hari. 

Saya juga membayangkan betapa  sedih dan pilunya hati seorang ibu yang harus membiayai kebutuhan hidup keluarganya se-hari2 dengan ke 4 anaknya.

Sebagai seorang ibu dengan segala keterbatasannya, tak terbayangkan oleh saya bagaimana repotnya ia  harus membiayai ke 4 anaknya yang tetap harus bersekolah demi masa depan mereka. 

Sementara diluar sana kita juga melihat keluarga lain yang sangat kaya raya dan sangat bergelimang dengan harta. Mereka semua terlihat sangat ceria,senang, gembira dan berbahagia. Karena dengan harta dan kekayaan  yang dimilikinya, mereka  bisa memperoleh berbagai keinginannya yang dikehendakinya.

Sampai disini timbul pertanyaan dalam diri : mengapa Tuhan membeda-bedakan nasib manusia dengan cara yang sangat kontradiksi?  

Perbedaan itu bukan hanya sedikit dan kecil,tapi juga sangat besar dan  sangat menganga, sangat jauh berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Mengapa?

Apakah Tuhan tak merasa iba dan kasihan terhadap umatnya sendiri?  yang disatu pihak hidupnya sangat kaya raya dan  bergelimang dengan harta,tapi dipihak lain hidupnya sangat menderita tiada tara.

Mengapa seseorang diberikan kehidupan yang enak kepenak,sementara ada banyak orang lain yang mengalami kesengsaraan yang luar biasa sebagai akibat dari ketidak mampuannya dalam berbagai hal.

Apakah ini kesalahan dari manusia itu sendiri? Karena kemalasannya sendiri dan tak mau bersusah payah berjuang dalam melakoni kehidupan ini? Atau bagaimana?

Faktanya,ada anak  manusia yang sejak lahir hidupnya sudah enak kepenak karena orang tuanya yang memang sudah kaya raya. Tapi ada sangat banyak manusia yang mengalami nasib sebaliknya : sejak lahir kedua orang tuanya memang sudah sangat penuh dengan keterbatasan. Sehingga sejak kecil hidupnya mengalami penderitaan karena keterbatasan ortunya. Jelasnya sangat miskin, se-miskin2nya.

Ada  yang berpendapat bahwa kesengsaraan yang dialami, yang telah mengakibatkan penderitaan, karena disebabkan oleh dirinya sendiri. Tapi ada juga.........

Komentar