Filosofi To Be or Not to Be
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Kita semua tahu apapun yang sedang diperjuangkan. Atau, perjuangan apapun yang dilakukan seseorang, atau kelompok, yang paling penting adalah endingnya. Hasil akhirnya.
Kita bisa berjuang secara all out, habis2an. Dengan penuh pengorbanan dan rasa sakit, istilahnya ber-darah2. Tapi itu tak soal,selama hasil akhirnya menggembirakan. Menang dan sukses
Akan tetapi sangatlah percuma dan mubazir bila telah berjuang habis2an, dengan berbagai cara, bahkan dengan resiko memperoleh citra yang buruk, akhirnya kalah pula. Ini bisa dikatakan seperti orang mati, tapi mati konyol. Mubazir. Tidak husnul khotimah.
Ibarat orang berbisnis dengan biaya investasi yang sangat besar. Dengan promosi yang juga gila2an seperti yang dilakukan para start up masa kini : (Shopee,Lazada,Tokopedia, Blibli dll),dengan biaya minus yang cukup besar.Itupun tidaklah soal,karena yang penting adalah hasil akhirnya. Surplus.
Seperti juga kita semua yang telah bersusah payah,bersekolah mulai dari kanak2 hingga dewasa. Dari jenjang pendidikan yang paling rendah hingga tinggi. Dengan penuh penderitaan,cape, lelah, pusing dan membosankan. Dengan biaya yang sangat tinggi.
Serta waktu yang cukup lama,hingga belasan bahkan puluhan tahun. Juga tidaklah soal selama endingnya kita bisa menjadi. Sukses baik dibidang kedudukan,jabatan, maupun materi.
Yang sia2 dan konyol adalah,bila telah sekolah dengan penuh pengorbanan, waktu,pikiran pusing,lelah dan biaya yang cukup besar tetapi tak ada hasil.
Tidak menjadi apapun alias nganggur.
Karena pada dasarnya : bila berjuang meski penuh dengan pengorbanan, biaya dan penderitaan , yang jadi masalah adalah to be or not to be, menjadi atau tidak menjadi.
Begitu pula dalam dunia politik. Seperti diadakannya pileg dan pilpres yang akan berlangsung 14 Februari 2024 nanti.Tidak soal meski para pemain sudah banyak berkorban dari segi waktu, biaya, bahkan citra buruk sekalipun. Karena sekali lagi yang penting adalah hasil akhir, endingnya.
Dan bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia politik, selain bagaimana nanti hasil akhirnya. Juga bagaimana sejarah akan mencatatnya.
Akan tercatat sebagai pemenangkah atau yang kalah? Karena sejarah hanya akan dicatat oleh pemenang. Bukan oleh yang kalah. Sejarah juga akan mengatakan benar bila menang, mengatakan salah bila kalah.
Seperti pemberontakan G30S PKI. Dalam sejarah akan dikatakan benar bila dia menang. Tapi faktanya, dalam sejarah dinyatakan salah karena pemberontakan yang dilakukannya kalah.
Begitu pula para koruptor. Aman bagi yang tidak ketahuan KPK. Beresiko bila ketahuan. Sementara kita semua tahu,masih sangat banyak yang menikmati hasil korupsinya karena tidak ketahuan karena belum, tak terjamah oleh KPK.
Begitulah sebenarnya dalam fakta dan kenyataannya filosofi to be or not to be. Tentang benar dan salah. Orang dikatakan salah bila dia kalah. Dan dikatakan benar bila dia menang.
Contoh yang paling jelas dan nyata adalah bila orang berkata : sekarang hukum berlaku sangat tidak adil. Tajam kebawah,tapi tumpul keatas.
Hukum menjadi benar bila yang berkata memiliki kekuatan.Tidak benar bila tak memiliki kekuatan. Begitulah adanya, begitulah faktanya.
*
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar