Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Vivere Pericoloso (2)

Selain menimbulkan konflik dengan Megawati, langkah politik Jokowi juga telah mengakibatkan banyaknya protes dan antipati terhadap dirinya.

Para pendukungnya, relawan, dan yang semula bersimpati pada Jokowi, kini berbalik arah, satu persatu mulai membenci dan meninggalkannya. 

Mengumpatnya dengan mengatakan Jokowi haus akan kekuasaan dan  sedang melakukan politik dinasti. Bahkan isue yang berkembang, akan adan pemakzulan terhadap  Jokowi.

Dengan kata lain,Jokowi kini sedang melakukan Vivere pericoloso  atau sedang bermain ditepi jurang. Apakah Jokowi akan mengalami seperti yang pernah dialami Suharto? Entahlah.

Bila dilihat dari  kalkulasi politik, tampaknya  posisi Jokowi  masih bisa bertahan. Koalisi Indo. maju Prabowo yang didukung Jokowi  terdiri dari 10 partai (4 partai parlemen : Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat) dan 6partai non parlemen, memiliki 261 kursi di parlemen atau 45,39%.

Sedangkan syarat untuk pemakzulan harus didukung oleh 2/3 dari anggota DPR (384 kursi)atau 66,78%, masih diperlukan 21,38% kursi.

Agar bisa diajukan ke sidang paripurna MPR,  harus disetujui oleh 2/3 dari 711 anggota MPR (474 kursi) atau  yang hadir. Jadi proses pemakzulan tidaklah begitu mudah.

Melalui parlemen jalanan? Jokowi pun tampaknya cukup cerdik, karena kini panglima TNI dan KSAD pun  diganti.

                               *

Apakah politik dinasti? Politik dinasti adalah mewariskan  kekuasaan melalui regenerasi  dari kelompok tertentu untuk mempertahankan kekuasaan .  

Bila SBY dan Mega mengentaskan  Ahy dan Puan sebagai anaknya untuk bisa menjadi cawapres atau  capres melalui pemilu apakah ini juga bisa disebut politik dinasti?

Hanya karena elektabilitas Ahy rendah dan tak  naik2 ,oleh koalisi perubahan Ahy tak terpilih.  Begitu pula dengan Puan. Mega pun tampaknya  realistis dan membatalkan niatnya mengajukan Puan,menggantinya dengan  Ganjar.

Kenapa SBY maupun Mega yang juga  sama2  ingin mengentaskan anaknya,tak  dibilang politik dinasti?. Tapi Jokowi mengentaskan kedua anaknya dibilang politik dinasti.Kan apa yang dilakukan Jokowi sekarang sama juga dengan SBY dan Mega?

Hanya memang masuknya Gibran jadi cawapresnya Prabowo  sangatlah kontroversial karena terlihat adanya conflik of interest dari ketua MK.

Begitu pula Kaesang yang ujug2 jadi ketum, tanpa sedikitpun memiliki pengalaman politik dan bukan kader PSI.

Tapi kini masalahnya sudah  selesai. Karena Anwar Usman sebagai ketua MK sudah dikenakan punishment, sudah  dicopot, digantikan Suhartoyo.

Sekarang yang jadi persoalan : kenapa Jokowi kini haluan politiknya jadi  berputar  180 derajat? Berbeda politik dengan Mega? Sehingga terkesan Jokowi kini berlawanan dengan Mega  dan meninggalkannya.

Menurut majalah Tempo dalam laporannya, yang infonya  diperoleh dari ring 1 dan ring 2 keluarga Jokowi : perubahan politik ini keinginan Iriana. Gibran sudah dipersiapkan lama sebelumnya. Tapi isue ini kemudian ditepis Gibran.

Kita tidak tahu kebenaran isue ini. Tapi majalah Tempo sebagai majalah papan atas dan terkemuka tak akan gegabah dalam melontarkan informasi dan akan tetap berpegang pada prisinsip jurnalistik : chek and rechek

                              *

Selengkapnya:

Vivere Pericoloso (1).

Vivere Pericoloso (2).





Komentar