Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Berhitung

Dalam menulis, saya selalu ingin bersahaja dengan kalimat-kalimat yang sederhana. Saya menginginkan tulisan jadi jernih,tidak ruwet dan jlimet sehingga diharapkan yang membacanya pun tak merasa jemu , lelah.

Dalam menulis saya juga tak ingin menggunakan kata dungu, karena selain tidak sopan, merendahkan, tak etis untuk manusia. Karena kata itu hanya tepat untuk keledai atau binatang.

Dalam menulis, saya juga tak ingin menggunakan bahasa filsafat, meski itu terdengar agak high class dan meski Saya tahu filsafat  payung dari segala ilmu.

Akan tetapi karena filsafat adalah dunia fatamorgana maka sepertinya tidak tepat bila diaplikasikan dalam dunia nyata yang penuh dgn kekeliruan , kemunafikan.

Saya juga tak ingin menulis angka2, pasal2 dan ayat2, karena itu hanya akan menambah ruwet. Saya menganggap yang membaca pun akan merasa bosan dan cepat lelah  karenanya.

Dalam menulis,Saya juga tak ingin menelaah dan menganalisis suatu topik secara detail, dan vulgar, sekalipun Saya tahu permasalahannya secara jelas.

Kenapa? Karena menulis secara vulgar (terutama suatu kasus) sangat beresiko.

Dan Saya pun menyadari sebagai seorang yang sering menulis, Saya taklah punya arti apa2, karena memang  tak memiliki  kemampuan apa-apa.

Saya menulis hanya karena gemar. Tak punya ambisi dan kepentingn apapun. Saya berpendapat, apapun yang akan kita lakukan sebelum melangkah sebaiknya berhitung terlebih dulu : apakah yang akan kita lakukan beresiko atau tidak

Oleh sebab itu,Saya sering merasa heran bila ada orang atau kelompok untuk bisa mencapai tujuan dan kepentingannya sangat berani bicara dengan vulgar bahkan berteriak, tanpa berhitung kekuatan.

Berhitung tentang kekuatan, itu faktor yang sangat penting bagi seseorang atau kelompok dalam memperjuangkan tujuan dan kepentingannya. Karena pada dasarnya, semua orang atau kelompok yang berjuang selalu ingin berhasil dan sukses.

Sebenarnyalah tidak ada yang berjuang yang tak ingin berhasil (gagal).  Semua yang berjuang ingin sukses. Akan tetapi karena kekeliruan dalam berhitung, maka kepentingan yang diperjuangkan, bisa gagal bahkan mungkin konyol.

Bila hal seperti ini tak ingin terjadi,maka diperlukan kemampuan dalam berhitung,mengkalkulasi, menganalisa dengan sgt cermat dan tepat,akurat.

Tanpa kemampuan berhitung, mengkalkulasi dan menganalisa dengan cermat dan tepat, maka perjuangan akan gagal, atau bahkan mungkin fatal. Kecuali bila bersedia jadi martir.  Yang akan sia-sia.


Komentar