Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Politik Manut

Politik Manut*

Apa itu politik? Jangan tanya. Karena yang jelas ada puluhan definisi yg disampaikan oleh para ahli ilmu politik. Kalau tidak bisa dikatakan ratusan.

Karena dengan perjalanan waktu ratusan bahkan ribuan tahun,telah banyak pendapat yg dilontarkan oleh para ahli atau yang merasa dirinya pintar di bidang ilmu politik. Mulai dari yang paling sederhana sampai paling ruwet. Asal mau saja kita membacanya apa yg dikatakan oleh mereka.

Dan saya pun tidak bermaksud untuk mensitir pendapat para ahli tentang definisi politik. Karena selain terlalu banyak dan pusing kepala membacanya juga : untuk apa?

Yang jelas,politik itu mmg sangat diperlukan untuk terciptanya suatu struktur pemerintah mulai dari tingkat yg paling bawah sekalipun sampai tingkat tingkat yang paling atas.

Saya lantas teringat ada satu pameo : kalau ada 3 orang berjalan,pasti 1 jadi pemimpin. Itu pameo kuno yang pernah diucapkan juga oleh orang kuno ribuan tahun yg lalu, tapi sepertinya masih relevan meski jaman sekarang sudah sangat modern.

Lalu saya pikir2, ternyata benar juga pameo tersebut. Karena dalam perjalanan waktu dan setelah saya perhatikan memang hny dari jumlah 3 orang saja selalu ada yang lebih dominan dari mereka. 

Baik ucapan, tindakan, maupun pemikiran. Dan yang 2 orang lainnya biasa nya mengamini  alias manut saja. Mungkin merasa diri tak punya penda pat dan tak mau pusing-pusing berfikir, jadi lebih baik manut saja pada orang lain.

Nah, kata manut saja pada orang lain, itulah tampaknya fenomena yang terjadi dimasyarakat, dalam keadaan apapun dan dijaman apapun. Dimanapun.

Manut pada yang lain memang paling enak, tak usah cape cape mikir, tinggal terima,telan, dan nyontek.

Seperti ketika masih se kolah dulu, anak yang cerdik adalah yang hanya mendengarkan saja apa yang dikatakan teman2 sekelasnya ketika mereka tanya jawab menjelang ulangan. Dia tidak menghafal tapi bisa tahu hanya karena mendengarkan teman temanya.

Begitu pula dalam dunia politik. Seorang tokoh politik yang sedang berorasi, dengan kemampuan orasinya, bisa membakar khalayak pendengar, sehingga emosi mereka pun terbawa dan hanyut oleh situasi dan suasana yang terjadi pada saat itu.

Hal seperti itulah yg telah dilakukan para pemimpin besar seperti: Bung Karno yang telah membakar jiwa dan semangat bangsa Indonesia, untuk bisa bersatu dan berjuang agar bisa mencapai kemerdekaan.

Diluar negeri kita juga sering mendengar tokoh tokoh yang bisa membakar jiwa dan semangat bangsanya seperti : Hitler, Stalin, Napoleon Bonaparte, Garibaldi, Mao Tse Tung dll.

Mereka mereka itu adalah orang orang yang memang sudah ditakdirkan untuk bisa berbuat seperti itu,dan masyarakat luas hanya tinggal mengamini dan mengekor juga menelannya , tanpa mencerna dan menganalisanya terlebih dulu. Meski sebenarnya apa yang diamininya itu sebenarnya sangat beresiko.

Tapi ya itu tadi, manut tinggal menelan, lebih mudah dan lebih gampang ketimbang  harus berpikir mencerna, menganalisa. 

oleh : Tek Ko Seng


Komentar