Budaya Mengkritisi
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Budaya Mengkritisi, Sepertinya dikita tidak ada budaya mengkritisi masalah2 sosial yang sepele, yang kecil2 yang terjadi dalam kehidupan.
Padahal,dalam kehidupan se-hari2 sering kita temui dan alami hal2 yang keliru , yang tak seharusnya terjadi baik itu yang disadari atau tidak disadari.
Dalam kenyataannya, orang sering disibukkan oleh kegiatannya se-hari2 baik itu yang bekerja di kantor, berangkat pagi pulang sore atau malam.
Yang berjualan,karena kesibukannya, juga menghabiskan waktunya seharian. Atau kegiatan2 lain yang bisa membuatnya sangat sibuk,sehingga masalah2 sosial yang kecil2 acapkali terlupakan dan barangkali terabaikan karena menganggap masalah2 seperti itu tak penting, tak perlu dikritisi.
Dan walaupun tahu ada hal2 yang tak benar dan tak seharusnya terjadi, selalu diabaikan, karena mempermasalahkan hal2 seperti itu hanya akan mem-buang2 waktu saja karena dinilai tak perlu dan tak ada gunanya.
Kita misalnya tak pernah mengkritisi masalah tagihan listrik. Yang bila terlambat membayar kita akan dikenakan denda.
Bahkan kalau sudah lewat jatuh tempo yang ditetapkan PLN, aliran listrik diputus. Dan baru dinyalakan lagi bila telah membayar lunas.
Akan tetapi bila listrik mati seharian atau semalaman, kita tak pernah bisa mengajukan komplain dan menuntut kompensasi, karena kita dianggap/menganggap tak berhak menuntutnya.
Sebab, itu adalah selain hak dan kewenangan PLN,juga berpendapat tak ada ketentuan konsumen mengajukan kompensasi.
Begitu pula bila kita naik kereta atau pesawat.
Sebagai konsumen kita akan diberlakukan hal yang sama. Bila datang terlambat dari jadwal pemberangkatan yang telah ditetapkan,kita akan ditinggal. Tetapi bila pemberangkatan kereta yang terlambat kita juga tak bisa berbuat apa2.
Atau sebagai ortu murid kita juga tak pernah mengkritisi : bila murid akan masuk sekolah tahun ajaran baru, harus membayar uang pendaftaran ,uang gedung, uang pagar dll.
Padahal gedung dan pagarnya sudah ada. Bahkan untuk sekolah2 negeri gedung,pagar, ditanggung pemerintah.
Begitulah hal2 yang sepele dan kecil2, selalu luput dari pengamatan dan kritisi masyarakat. Karena memang budaya mengkritisi belum tumbuh dimasyarakat.
Padahal,dalam transaksi apapun, seharusnya terjadi kesepakatan di kedua pihak. Dikatakan fair , bila kewajiban tsb dilaksanakan sesuai dengan tugas, fungsinya masing2. Tapi kenyataannya kesepakatan,dan fairness tak pernah ada, terjadi.
Masih banyak masalah2 sosial dalam kehidupan bernegara bermasyarakat
Tapi agar tak terlalu panjang dan ber-tele2 diakhiri sampai disini***
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar