Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Collective Unconscious

Malam ini tiba2 saya teringat akan kenyataan: direpublik ini, setiap 5 th diadakan pemilu. Rakyat memilih para wakilnya  (DPR ) dan presidennya.

Timbul pertanyaan,sudah benarkah dan tepatkah  mekanisme pemilihan seperti itu? Bukankah mekanisme seperti itu hanya memberikan kesan se-akan2 demokratis tapi sebenarnya hanya menghambur-hamburkan biaya. Tapi hasilnya sama sekali tak efektip, tak sesuai dengan biayanya.

Pemilu 2019 pemerintah telah menggelontorkan dana 25 trilyun,yang hasilnya hanya  seperti ini : korupsi semakin merajalela,riuh dan gaduh tak henti2,harga2 terus meningkat,dst dst.

Pemilu tahun 2024 konon biayanya akan menelan Rp.100 trilyun lebih. Wah! alangkah besar dan akan sangat bermanfaat bila biaya  itu digunakan untuk hal2 yang bisa mensejahterakan rakyat.

Sampai disini saya lalu teringat akan idenya seorang filsuf sekaligus juga psikolog bernama Carl Gustav Jung tentang apa yang dinamakannya  Collective Unconscious (ketidak sadaran yang kolektif).

Yang dimaksud dengan ketidak sadaran kolektip adalah: tak disadarinya secara kolektip bahwa itu adalah suatu kekeliruan. 

Menurut Jung, ketidak sadaran kolektip terjadi karena adanya kebiasaan  dari para terdahulunya yang diwariskan berlanjut secara turun temurun.

Pemilu 5 tahun sekali yang biayanya sangat besar dan belum terlihat efektivitasnya itu adalah salah satu contoh dari ketidak sadaran kolektif.

Sebab,yang terjadi adalah rakyat memilih kucing dalam karung. Rakyat secara keseluruhan tidak mengerti apa dan siapa, bagaimana calon yang akan  dipilihnya. Apalagi tentang akhlak, moral, kapabilitas, integritasnya.

Boro2. Tahu pun tidak.

Karena itu, ketimbang rakyat harus memilih orang2 yang sedang berada di dunia "maya", barangkali akan sangat hemat bila yang memilih para wakil rakyat dan presiden itu untuk sementara adalah para intelektual,pakar yang cerdik pandai (misal:10rb para intelektual, pakar). 

Sebelum ditemukannya sistim baru yang hemat dan efektif.

Dengan begitu biaya jadi sangat hemat. Karena bagi rakyat, siapapun wakil dan pemimpinnya, yang penting hidup aman, nyaman tentram, damai dan sejahtera. Itu saja.

                *

Komentar