Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Suatu Saat Disuatu Hari (2)

Ketika itu saya  masih di mall, suara kumandang azan  magrib masih belum  terdengar saat itu. Masih harus menunggu beberapa lama untuk berbuka puasa.

Namun mereka  yang akan mengakhiri rasa haus dan laparnya terlihat sudah padat, ramai, duduk dikursi ruangan resto sambil ngobrol2 menunggu azan tiba.

Situasi di mall kala itu terutama di resto sangat ramai. Luar biasa ramai. Sangat  riuh tak seperti biasanya,tak seperti di hari2 sebelumnya. Bila di-hari2 biasa para pelayan resto  sering terlihat tampak  santai karena sepi pengunjung, kala itu menjelang magrib, mereka terlihat luar biasa sibuk melakukan persiapan untuk melayani pengunjung yang akan berbuka.

Ruang duduk tempat makan yang diperuntukkan  bagi mereka yang akan berbuka puasa pun tampak diperluas. Selain disediakan meja2 untuk makan perorangan yang hanya untuk 2- 4 orang, tampak pula susunan meja bagi mereka yang akan bukber (buka puasa bersama). 

Disediakan pula meja makan  berjejer panjang yang diperuntukkan  bagi sekian banyak orang. Terlihat di beberapa meja  tertulis meja khusus pesanan ,yang memang dipersiapkan khusus   bagi mereka yang sudah memesan sebelumnya untuk bukber.

Tampaknya kebiasaan buka bersama dibulan ramadhan kini sudah semakin menjamur, sudah menjadi keharusan: di bulan ramadhan harus ada bukber. Baik itu dikalangan sesama teman kerja dikantor,disuatu  komunitas,di sekolah2, bahkan dilingkungan tetangga pun  kini mereka mengadakan bukber.

Melihat situasi di mall seperti ini saya kembali bertanya dalam hati : inikah yang dikatakan orang kehidupan kini semakin susah? 

Saya termenung sebentar ketika teringat diluar sana masih terlalu banyak orang yang hanya untuk bisa makan hari ini saja harus banting tulang bekerja keras.Tapi ya begitulah kehidupan selalu saja ironi dan kontradiksi dimasyarakat.

Tentu saja menjamurnya bukber ini bagi saya adalah hal baru yang belakangan ini saya lihat terjadi disetiap bulan ramadhan. Karena dulu2 di-saat  saya masih kecil bahkan sudah remaja pun hal seperti ini belum bahkan tak pernah saya alami.

Saya tidak tahu sejak kapan kebiasaan bukber ini terjadi. Seingat saya sih belum terlalu lama ,tapi memang sudah kesekian kalinya diadakan saya lihat dan saya alami.

Dengan adanya bukber, kini terlihat ada semacam budaya baru dikalangan kaum muslimin ketika sedang  berpuasa di bulan ramadhan , ketika sedang melaksanakan rukun Islamnya. Tentu ini adalah budaya baru yang diadakan setahun sekali, yang memperlihatkan adanya suatu kebersamaan terhadap sesama, terutama dikalangan kaum muslimin.

Namun silaturahim dalam bentuk bukber ini seyogyanya tak hanya dimaknai sekedar makan bersama. Akan tetapi setiap insan terutama dikalangan kaum muslimin harus bisa menghayati bahwa persatuan dikalangan umat adalah merupakan suatu keharusan,agar tak terjadi keriuhan dan kegaduhan seperti yang pernah dialami dimasa lalu,terutama disaat ketika mendekati pemilu. 

Saya sangat berharap kejadian pemilu yang akan terjadi ditahun depan tak terjadi lagi seperti dipemilu di-tahun2 lalu. Dimana perpecahan bahkan perang saudara hampir saja terjadi hanya karena persoalan identitas yang sebetulnya masalah yang sangat personal yang harus dihargai oleh setiap umat manusia.

                                *

Komentar