Disparitas
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Saya sering merasa aneh, bin heran bila sedang berkomunikasi dengan anak2 muda yang namanya kaum milenial. Saya merasa telah terjadi disparitas dikalangan mereka yang sama2 kaum milenial tapi dgn intelegensi yang kontradiktif.
Yang saya maksud,diantara mereka ternyata ada 2 kelompok kaum milenial : yg pintar, pintar sekali sehingga membuat saya agak terperangah. Tapi yang telmi,ya telmi sekali, sangat kelewatan, sehingga saya sering merasa agak jengkel juga dibuatnya.
*
Saya sering ke Indomaret dan Alfamart. Kalau saya belanja hanya 3 item yang masing2 harganya 18 rb, 12rb, 20rb, dan mesin registernya eror, kasirnya lalu repot cari2 kalkulator.
Padahal,kan diluar kepala juga dengan mudahnya bisa dihitung,karena nilai rupiahnya kecil. Karena tak sabar,dalam hitungan detik saya lalu bilang kalau totalnya cmn 50rb. Tapi dia tetap tak percaya,dan masih menghitungnya pakai kalkulator. Atau,waktu saya kirim 30 nasi box ke kantor yang harganya 22rb/box, juga sama, cari2 kalkulator untuk mengkalikan berapa jumlah totalnya.
Bahkan dulu,ketika saya masih jadi supplier Alfa supermarket (bukan Alfa yang sekarang),saya juga pernah heran dan kesal.
Ketika saya kirim barang dan menyerahkan nota pengiriman yang alamatnya dinota tertulis Karawang, karyawan tsb lalu tanya: Karawang dimana pak?
Ya ampyuuuuunn.....kata saya dalam hati. Sampai segitunya anak sekarang.
Saya tidak hanya heran tapi sekaligus bingung. Dalam hati saya bertanya : bagaimana ya cara Alfa merekrut karyawannya? bukankah mereka paling tidak dari lulusan SMA?
Lalu saya ingat jaman di SD dulu. Dalam pelajaran berhitung guru mengajarkan pelajaran mencongak Murid harus bisa menjumlah, kali,bagi, kurang, diluar kepala dlm hitungan detik yang dalam kurikulum sekarang mungkin sudah tidak diajarkan lagi. Atau dulu,dalam pelajaran ilmu bumi diajarkan yang namanya peta buta. Murid harus hafal nama2 kota yang dipeta tak tertulis namanya. Jadi mungkin kalau sampai terjadi hal2 seperti itu,bukan sepenuh nya salah peserta didik, mgkin salah kurikulum juga.
Akan tetapi dilain tempat saya juga melihat sederetan anak2 muda yang dengan cekatan dan lincahnya mereka dengan komputernya membuat desain dengan program corel draw.
Saya kagum melihatnya,karena saya sendiri tidak bisa.
Begitulah denganterjadinya perubahan kurikulum yangg tak henti2nya,terjadi pula perubahan out put dikalangan peserta didik.
Hanya perbedaannya : Dulu kualitas peserta didik boleh dikatakan rata2 atau equal. Tapi sekarang secara tak disadari tampaknya terjadi disparitas yang serius.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar