Reshuffle, akan adakah?
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Reshuffle, akan adakah? Ketika kepada teman2 karyawan di sebuah bank pemerintah saya ajukan pertanyaan : bagaimana penilaian tentang kinerja direktur Bank Anda?
Mereka rata2 menjawab : sangat baik, pengertian, kita sebagai karyawan diberikan keleluasaan bergerak dstnya dstnya.
Mereka memuji-muji bosnya,karena sebagian besar karyawan (terutama bagian penyaluran kredit), rata2 pada bisa ngobyek dengan cara memotong sekian % dari jumlah kredit yang harus diterima debitur sebagai imbalan mengurus kredit.
Tetapi ketika pimpinan mereka diganti dengan yang baru,(pergantian pimpinan di bank rutin dan biasa), dan kepada mereka saya ajukan pertanyaan yang sama, mereka rata2 menjawab : jelek,parah,tak pantas jadi pemimpin,makanya karyawan pun tak ada semangat kerja dst.nya2.
Belakangan saya tahu, ternyata,bos barunya itu sangat tertib,disiplin dan zakeljik (tegas) ,sehingga para karyawan tak leluasa untuk "macam2".
Tahu tentang masalah tsb dalam hati saya hanya berkata : oh.......ternyata begitu ya cara mereka menilai atasannya?
Meski tahu keadaannya seperti itu,sebagai repor- ter kala, itu saya pasif tak berbuat apa2.Posisi saya jadi sulit,mereka adalah kebanyakan teman saya. Karena,kalau berbuat kebenaran, pasti akan sangat beresiko. Yang semula hubungan baik, tentu akan jadi kejelekan bahkan bisa musuhan.
*
Analog dengan itu,saya cerita persoalan lain yang agak berbeda,tapi motif masalahnya kira2 sama. Kalau tiba2 harga beras naik sampai membumbung tinggi,apa yang akan terjadi? Petani tentu akan bersorak sorai kegirangan karena penghasilan mereka meningkat.
Tetapi masyarakat umum yang bukan petani,jelas akan mengeluh bahkan akan menjerit , berteriak karena beras mahal.
Masyarakat akan mengecam pemerintah,dan akan menyalahkan Jokowi,sebagai presiden tak bisa mengurus rakyatnya.
Bukan tidak mungkin akan terjadi demo besar2 an dengan yel2 Jokowi turun sebagai presiden. Keadaan ini akan dimanfaatkan oleh musuh2 politiknya untuk menjatuh- kan presiden Jokowi. Ini adalah hal yang lumrah dan resiko dari seopimpinan tertinggi,meski itu adalah karena kesalahan menteri sebagai anak buahnya.
Karena itu,pemerintah sebagai pembuat regulasi harus bisa membuat kebijakan yang bisa menciptakan keseimbangan agar situasi tidak menjadi riuh dan gaduh. Itu sebabnya pula ketika Jokowi sebagai presiden harus menyusun anggota kabinetnya, dia berhati2 dalam memilih menteri2 agar situasi politik tetap terjaga seimbang.
Keseimbangan dalam berbagai hal sangatlah diperlukan ,agar apa yang di-cita2kan bisa tercapai tanpa adanya kegaduhan.
Sepertinya kata keseimbangan mudah dilakukan.Tapi sebenarnya dalam politik tidaklah mudah. Presiden sebagai politikus harus brilyant dalam memilih dengan cermat, dalam menentukan para menterinya agar tidak terjadi gejolak. Itu sebabnya meski PAN sudah ikut berkoalisi, resuffhle masih belum juga .
oleh : Tek Ko Seng
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar