Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Rekonsiliasi,Gimmick, Atau Dagelan? (1)

Akhirnya pertemuan antara Puan Maharani (PDIP) dengan Ahy (Demokrat) terjadi juga, setelah sekian lama vacum, membeku. 

Suatu momen yang tak diperkirakan, mengingat kedua partai tsb telah lama renggang - bahkan konflik pribadi - sejak terjadinya peristiwa kudatuli (kudeta 17 Juli) dimana SBY diera orde baru menjadi kasospol ABRI,PDIP masih bernama PDI.

Meski pertemuan itu bukan antara ketua umum dengan ketua umum partai. Tapi lebih tepat bila pertemuan Puan- Ahy   dikatakan sebagai pertemuan mantan putera mahkota dengan mantan  putera mahkota. Karena baik SBY maupun Megawati keduanya mantan presiden.

Pertemuan yang disebut juga sebagai ice breaker ini merupakan bukti bahwa meski pernah vacum dan beku, dalam dunia politik tak ada yang tak mungkin,dan  bisa terjadi  hanya karena kepentingan. 

Kepentingan apa? Apa yang bisa kita baca dari pertemuan yang tak terduga ini?

Pertama,tak bisa dihindari bahwa pertemuan ini terjadi karena adanya momentum dari kedua pihak. Baik dari Demokrat maupun PDIP. 

Kita semua tahu keinginan Demokrat agar Ahy menjadi wapresnya Anies sangat meng-gebu2. Anies yang dideklarasikan Surya Paloh sebagai capres pada 3 Oktober tahun lalu, dan belum memiliki cawapres, adalah merupakan momentum bagi Demokrat maupun PKS untuk bisa meraih posisi tsb.

Dan Anies dideklair Surya Paloh sebagai capres adalah merupakan simbol dari perubahan,sesuai dengan keinginan Surya karena Anies dinilai memang  antitesa.

Begitu pula Demokrat dan  PKS yang telah lama sebagai partai  oposisi,dengan dideklarasikannya Anies sebagai capres dan belum memiliki cawapres juga merupakan momentum bagi keduanya untuk bisa berkiprah dalam kekuasaan.

Karena itu ketika Surya Paloh mengajak Demokrat dan PKS berkoalisi,gayungpun bersambut. Logis bila mereka : Nasdem,Demokrat dan PKS kemudian berkoalisi.

Namun fakta membuktikan,baik cawapres dari Demokrat (Ahy) maupun (Aher) dari PKS  menurut hasil para lembaga survei tak memiliki elektabilitas tinggi sehingga meragukan Surya  bila koalisinya  bisa meraih kemenangan dalam pilpres 2024. 

Itu sebabnya meski koalisi sudah hampir setahun,akan tetapi Surya tak kunjung mendeklarasikannya , menggantung posisi cawapresnya,selain memberi PHP kepada kedua partainya sambil wira-wiri mencari kandidat lain yang dinilai lebih acceptable.

Pertanyaannya : mengapa Surya sangat ragu mendeklair Ahy sebagai cawapres?

Jawabannya mudah, karena selain AHY tak memiliki elektabilitas tinggi, rival yang akan dihadapi adalah partai2 besar seperti PDIP, Gerindera  dan Golkar yang menurut Surya taklah mudah untuk bisa dikalahkan, karena partai besar tsb memiliki kandidat capres yang elektabilitasnya tinggi.

Sayangnya wira-wiri Surya Paloh ..............Next 


Selengkapnya:

Rekonsiliasi Gimmick Atau Dagelan? (1)

Rekonsiliasi Gimmick Atau Dagelan? (2)

Rekonsiliasi Gimmick Atau Dagelan? (3)

Rekonsiliasi Gimmick Atau Dagelan? (4)





Komentar