Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

The end of the day. (2).

The end of the day. (2).

oleh : Yahya Hendiana M.E.(Mbung Eleh).

Padahal dalam pemilu yang sudah2 pendaftaran capres/cawapres jauh sebelumnya, sehingga cukup banyak waktu untuk kampanye mensosialisasikan gagasan dan para calonnya. Apa sebab?

Sebabnya, setelah masa kekuasaan presiden Jokowi berakhir pada 2024 nanti, para tokoh2 politik berebut, masing2 ingin  jadi presiden, ingin berkuasa. Tak ada yang mau kalah. Itu sebabnya, mereka masing2  lalu berupaya sekuat tenaga, sebisa mungkin,  berakrobat dengan berbagai cara.

Lantas apa yang kita lihat, yang  mereka lakukan untuk bisa mencapai ambisinya itu? Coba kita telaah secara awam satu persatu.

                                 *

Surya Paloh misalnya, meski belum ingin menjadi presiden, tapi ambisinya untuk bisa menjadi king maker  sangat terlihat. Karena itu ia lalu merekrut Anies sebagai capres agar dirinya bisa menjadi seperti Jokowi yang bisa mengendalikan partai, meski bukan sebagai presiden.

Ini adalah hal yang wajar dan lumrah. Karena begitulah kodratnya  politikus : ambisius dan ingin berkuasa. Itulah sebabnya Surya Paloh bikin partai Nasdem. Betul seperti  kata Yusril Ichza Mahendra :  "Orang bikin partai memang untuk kekuasaan, untuk bisa berkuasa. Kalau bukan untuk berkuasa,untuk apa bikin partai?".

Isuenya, sebelum merekrut Anies ia menawari Ganjar Pranowo. Akan tetapi Ganjar menolak karena sadar ia kader PDIP dan  tegak lurus pada Megawati  yang telah membesarkannya. Pilihan lalu jatuh ke Anies yang memang sudah sejak lama berambisi jadi presiden.

Untuk bisa menarik perhatian massa dan menang dalam pemilu, harus memiliki program perubahan yang merupakan antitesis terhadap pemerintahan Jokowi. Program ini didukung oleh Demokrat dan PKS, karena kedua partai ini oposisi. Klop.

Begitulah, koalisi perubahan terbentuk yang diinspirasi oleh Surya Paloh dan didukung oleh Nasdem, Demokrat dan PKS. Surya kemudian bermain di 2 kaki : kaki yang satu mendukung pemerintah tapi kaki yang  satunya lagi antitesis.

Disinilah kejanggalan terjadi.................

Padahal, dalam pemilu yang sudah2...........

The end of the day  (1(2) (3) (4) (5)


Komentar