Mayoritas,minoritas
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Kalau orang2 kaya membagi2 "kail" (bukan uang), kepada orang2 yang tak punya kegiatan usaha yang masih kismin, itu paham yang bagus.
Kalau setiap orang dalam hidupnya mau saling tolong menolong terhadap sesama tanpa memandang perbedaan agama, dan suku, juga sangat bagus.
Tidak suka berbohong, menyakiti, dan menipu orang lain. Selalu ingin membantu,juga paham yang terpuji.Patut diikuti.
Akan tetapi bila paham : membasmi orang2 yang berbeda agama (kafir), tidak beragama (atheis) , dan pembunuhnya dikatakan di jalan Allah dan akan masuk surga, jujur saya belum mengerti.
Apalagi bila mengacu pada : agamaku2,agamamu2,maka kita sebenarnya tak pantas dan tak berhak untuk mengatakan dan mengadili agama2 lain dengan mengatakan akan masuk neraka, karena kita bukanlah panitia surga.
Sebab, bukankah mereka bisa memiliki agama lain dan agama itu bisa ada karena kehendak dan seizin Allah juga? Bila Allah tak merestui, mana mungkin ada keberadaan agama lain yang berbeda?
Selain itu,bagaimanapun, membunuh adalah perbuatan keji dan biadab. Bila mereka kafir atau atheis itu urusan mereka, dan resiko tentu akan mereka tanggung sendiri.
Tugas kita paling2 hanya sekedar mengingatkan, yang menurut kita keliru. Tapi bila menurut mereka tidak,itu juga hak mereka.
Sebab,jangankan orang dibunuh yang implikasinya bisa kemana-mana : bagaimana nasib keluarga yang ditinggalkan bila pelindungnya mati dibunuh?
Bagaimana isteri dan anak2nya akan bisa makan, sekolah. Sakit,siapa yang akan membiayainya, bila pelindung keluarganya telah tiada, mati dibunuh?
Hal2 seperti itu,bila kita mengacu pada perikemanusiaan seperti yg telah tercantum dalam Pancasila, harus dipikirkan.
Paham seperti itu,yang seenaknya membunuh sesama manusia, jelas keliru karena sama sekali sangat tak manusiawi dan tak memperhitungkan akibat berikutnya tentang kehidupan orang lain.
Paham seperti ini jugalah tampaknya yang semakin kesini semakin meluas, mengemuka dan semakin berkembang dimasyarakat Afganistan : yang tak sesuai, tak sejalan harus dibasmi,dibunuh !!
Hal2 seperti itu,tak ada tindakan yang tegas dan massal,dilakukan oleh pemerintah.Seperti halnya PKI yang telah dibasmi, sampai ke akar2 nya.
Begitu pula lontaran kata2 yang sangat tidak elok didengar seperti : murtad, kafir, atheis, yang telah menjadi makanan sehari2, bila seorang tokoh sedang berdak'wah kepada para pengikutnya.
Hemat saya,kata2 seperti kafir,atheis,tak perlu, tak patut dilontarkan, apalagi kepada khalayak ramai yang jelas2 sangat beragam agama yang dianutnya.
Kenapa? Karena selain tak enak didengar, juga secara etika kita sudah menjustifikasi orang lain yang memang berbeda keyakinannya. Padahal, keberadaan mereka yang berbeda keyakinannya di republik ini dilindungi oleh undang2.
Lagi pula masalah agama adalah masalah yang sangat personal, privat. Siapa saja di republik ini boleh dan berhak untuk memeluk agama apapun yang telah diyakininya.
Seperti yang tertuang dalam u.u,setiap warga negara di republik ini bebas utk memeluk agama apapun sesuai dengan keyakinan nya masing2 dan itu dijamin oleh undang2.
Sampai disini,tampaknya undang2 yang ditetapkan pemerintah RI merupakan pegangan dan rujukan yang benar, bagi setiap warga negara yang ingin memeluk agamanya sesuai dengan keyakinannya masing2.
Maka pertanyaannya : kenapa sampai timbul persepsi (bahkan fakta) kalau perbedaan agama bisa menjadi kendala bagi seseorang untuk bisa tampil, berprestasi?
Bahkan, bila minoritas sedikit saja melakukan kesalahan berbicara,yang menyangkut agama lain, dia harus menerima resikonya. Tetapi bila mayoritas melakukan hal yang sama tak ada masalah, tak ada sanksi apapun.
Bukankah ini berarti : siapa yang mayoritas (baca : kuat) itulah yang menang? Dan minoritas akan selalu salah dan kalah, sekalipun benar. Itulah sebabnya kini org lebih memilih cara untuk menghimpun kekuatan ketimbang memilih cara melakukan kebenaran.
Karena faktanya : yang benar itu mayoritas,dan yg salah adalah minoritas
oleh : Tek Ko Seng
Komentar
Posting Komentar