Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Mengatasi Masalah Crucial

Heboh tentang issue presiden 3 periode atau penundaan pemilu 2024 sepertinya sudah mencapai klimaksnya. Sehingga presiden Jokowi dalam sidang kabinet terbatas dengan tegas dan jelas mengatakan agar para menteri tidak lagi membahas masalah itu.

Tampaknya Jokowi terpaksa mengatakan begitu karena selain sudah seringkali menjawab pertanyaan soal itu, ia pun cukup pusing dengan adanya kegaduhan itu. 

Jokowi menganggap isue itu akan mengganggu kinerja para menteri yang selalu gaduh,yang saat ini justru sangat dibutuhkan, agar rakyat bisa hidup tenang dalam mengatasi masalah ekonomi.

Sepertinya,ada beberapa hal yang menyebabkan timbulnya isue jabatan presiden 3 periode ini dan penundaan pemilu 2024 yang semakin mencuat.

Pertama,ada kelompok2 yang ingin terus menerus menikmati "lezatnya" menjadi pejabat atau orang2 yang berkuasa sehingga tak ingin adanya pergantian pucuk pimpinan tertinggi.

Ini adalah kelompok orang2 yang termasuk menginginkan adanya statusquo (jabatan presiden 3 periode atau pemilu ditunda).

Kedua, ada yang sudah "kebelet"  supaya bisa buru2  jadi RI 1 di republik ini, agar ambisinya yang sudah sangat lama terpendam dan meledak2 bisa segera terrealisir  (ini kelompok yang menghendaki adanya pemilu 2024 tetap berlangsung  sesuai dengan konstitusi)

Dan ketiga,kelompok opportunis,kemana angin bertiup, tak punya pendirian teguh. Yang penting "nanglu" (yang menang melu). Kelompok seperti ini lebih baik bersikap silence tapi  sukses dan tak ada resiko.

Tentu saja ke 3 kelompok diatas tsb mempunyai argumen dan alasannya masing2 yang berbeda2 dalam menentukan pendapatnya. Dan  masing2 argumen tsb menurut mereka logic, common sense dan reasonable.

Lantas bagaimana solusinya mengatasi masalah tsb?

Setiap pemilu,kita sudah punya pengalaman menggunakan quick count yang dilakukan oleh lembaga2 survei yang kredibel dengan metodologi survey yang valid dan akurat.  Yang hanya beberapa jam saja setelah selesai pencoblosan. Untuk menghitung hasil siapa pemenangnya.

Hasilnya,dari beberapa lembaga survei yang kredibel itu angkanya akurat. Diantara mereka hasilnya tak jauh berbeda, hanya terpaut disekitar nol koma atau 1-2 % saja. Dan terbukti, sesuai,tak jauh berbeda dengan hasil penghitungan KPU yang bisa memakan waktu 1 bl

Tampaknya,cara seperti ini tidak ada salahnya dicoba mengatasi issue ini, untuk bisa lebih meyakinkan dan menenangkan : bagaimana sebenarnya keinginan dari masyarakat luas di republik ini dalam mengatasi masalah yang sangat serius dan crucial.

                     *

Komentar