Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Tradisi = Harga Mati?

 Ketika pemerintah mengumumkan lebaran tahun ini yang mudik 85 juta orang, saya jadi ingat  dan ingin meniru  ucapan Indra Kenz yang kini ditahan karena kasus Binopo :  wah..banyak bangeeet !! 

Saya pun membayangkan betapa akan hiruk pikuk dan macetnya lalu lintas nanti dijalan raya, karena saking banyaknya orang  mudik, baik yang akan  menggunakan kendaraan pribadi maupun umum.

Ternyata, baru H -5 pun kemacetan sudah terjadi terutama  kendaraan yang  akan ke pelabuhan Merak dan Gilimanuk. Kendaraan macet total , mengular sampai 10 km. 

                  *

Kemarin saya lihat di tv. Tol Jakarta - Cikampek ketika diberlakukan contra flow, ruas jalan  yang arah menuju Bandung didemo, diblokir oleh para pengguna jalan. 

Karena kendaraan yang arah ke Bandung lancar, sedangkan yang.menuju Jakarta macet total sampai ber-jam2. Sementara para petugas dijalan tol tak berdaya mengatasinya.

Ini terjadi  mungkin tak seimbangnya jeda waktu. Terlalu lama jeda waktu tunggu yang diberikan terhadap pengguna yang menuju arah ke Jakarta. Mereka ngamuk karena banyak yang akan naik pesawat dari bandara Sukarno-Hatta terlambat dan tiketnya pun hangus.

Namun apapun yang terjadi tampaknya petugas di jalan tol tak siap mengatasinya, karena jumlah petugas yang hanya sedikit sehingga tak seimbang dengan banyaknya kendaraan dijalan tol.

Ini baru H-4 apalagi nanti setelah puncaknya, H-1.

Itu dari sisi kesiapan petugas pemerintah yang tak bisa mengatasi situasi yang terjadi meski memang sudah bisa diperkirakan sebelumnya apa yang akan terjadi.

Dari sisi masyarakat pengguna juga  sami. Tak memperhitungkan bagaimana situasi dan kondisi yang akan terjadi bila 85 juta orang mudik dalam waktu yang hampir bersamaan hanya karena kangen ingin berkumpul dengan keluarga.

Karena itu sangat bisa dimengerti, dipahami : disatu sisi petugas dan infrastruktur  masih terbatas (meski jalan tol sudah dimana-mana).

Tapi disisi lain tradisi yang sudah melekat dan sudah mendarah daging, merupakan warisan dari nenek moyang puluhan tahun lalu,tampaknya tak bisa di-utik2 lagi meski situasi dan kondisi yang terjadi sekarang sudah berbeda.Sangat berbeda.

Apalagi setelah 2 tahun tak bisa mudik karena pandemi. Maka mudik tahun ini merupakan efeuria yang sangat tak terhingga. Ibarat kuda leupas ti gedogan  (ibarat kuda lepas dari kandangnya) kalau kata peribahasa orang Sunda.

Dengan demikian bisa dikatakan : bila NKRI harga mati, tampaknya tradisi pun demikian.*

Komentar