Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Pantaskah........??

 Pantaskah........?? Saya seringkali ingat akan kata absurd nya Albert Camus. 

Bagi saya apa yang dikatakan Camus bahwa hidup ini absurd mmg  realistis, tak berlebihan,tak meng ada2, karena memang begitulah kenyataannya.

Menurut filsuf Perancis itu hidup ini sebenarnya zonk ,konyol,tidak jelas, tidak bermakna,tak punya arti yg pasti ,tak bisa dimengerti, tak bisa dipungkiri.

Bayangkan kita semua berjuang mati2an demi anak,demi masa depan agar hidup bisa sukses. Bisa senang dan bahagia

Sekolah belasan tahun,bekerja juga puluhan tahun. Dengan sekuat tenaga. Membanting tulang, tak kenal lelah,bahkan dgn keringat,peluh bercucuran

Tapi ketika kita telah menginjak dewasa, dan bertemu dengan sukses kita malah  wassalam Segala apa yg lama kita cita2kan dan impikan, setelah dia datang malah kita tinggalkan. Tanpa permisi.

Anak,isteri yang kita cintai selama berpuluh2 tahun, dalam waktu yang singkat dan sangat sekejap  kita juga kita tinggalkan.Juga tanpa pamit dan memberitahu dulu sebelumnya.

Belum lagi harta benda yang kita peroleh dengan susah payah dengan penuh perjuangan,dengan  peluh bercucuran sama : juga kita tinggalkan.

Pendeknya,setelah saya pikir2 apa yang saya alami dan rasakan, seper tinya tidak terlalu salah apa yang dikatakan Camus. Memang begitulah adanya, begitulah kenyataannya.

Coba bayangkan puluhan tahun kita hidup bersama ayah-ibu. Tiap detik ketemu.Bercerita,ngobrol,pergi jalan2,makan dan tidur bersama.

Bermanja2 kepada mereka dalam waktu sekian lama.Tempat kita minta segala hal yang kita perlukan.Dalam waktu sekian lama pula kita disayang. Tapi tahu2, suatu saat kita merasa kehilangan, tanpa terasa kita semua berpisah. 

Kita kaget karena dalam waktu singkat semua berubah,ayah-ibu tiada. Begitu pula anak, meninggal kan kita atau kita tinggal.

Segalanya jadi terasa seperti mimpi. Baru kemarin rasanya kita berkumpul, bersenda gurau,main,pergi  makan bersama. Tapi sekarang sudah  berkurang,sudah sepi karena ada yg lebih dulu meninggalkan kita. 

Atau malah kita yang lebih dulu meninggalkan mereka,orang2 yang sebelumnya sangat kita cintai, kasihi. Karena itu pertanyaannya bila kita ingat akan semua itu : pantaskah kita tamak dan serakah akan harta?

Pantaskah kita saling mengejek dan saling menjatuhkan  terhadap sesa ma saudara,sebangsa setanah air?

Pantaskah kita bermusuhan,dendam kesumat,dan berkelahi tiada henti?

Pantaskah kita satu sama lain saling menjatuhkan dan saling bunuh hanya karena harta kekayaan,yang kita tahu suatu saat akan kita tinggalkan?

Pantaskah? Pantaskah?

                   *

oleh : Tek Ko Seng

Komentar