Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2023

Jokowi - Mega : dipersimpangan jalan?. (4)

 Jokowi - Mega : dipersimpangan  jalan?.   (4) Kekukuhan dan kejumawaan Mega ini terlihat dalam pidatonya  ketika dalam suatu acara intern PDIP dimana Jokowi juga tampak hadir.  Dengan nada yang sangat jumawa dan mengenyek Mega berkata :  "pak Jokowi ini bisa sampai seperti sekarang ini, karena PDIP lho?. Kalau ga karena PDIP he he...gak tau deh..... horrrre..,katanya sambil bersorak sendirian dengan wajah sinis. Jokowi yang ketika itu hadir dibarisan tempat duduk paling depan hanya tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Mega. Barangkali dengan adanya beberapa perbedaan dan kejadian tsb diatas lah yang membuat Jokowi kemudian mulai melangkah kearah lain. Tak lagi mematuhi apa yang diinginkan Mega.  Peristiwa seperti itu (dienyek Mega didepan orang banyak),meski diintern partainya sendiri,karena dipublish  tentu dilihat dan diketahui juga oleh publik termasuk sang isteri Iriana.  Dan konon,Iriana lah yang kemudian menghendaki agar Gibran...

Partai & Politik di Indonesia : Lieurrrrr....!!, (2)

Partai & politik di Ind. : lieurrrrr.......!!  (2). Sekarang kita bicara tentang tata cara atau prosedur pemilu yang merupakan dasar dari terbentuknya pemerintahan. Dulu,diera orde baru,pemilu hanya merupakan formalitas belaka. Karena meskipun diadakan setiap 5 tahun sekali, tetapi faktanya yang terpilih  itu-lagi2. Karena memang tidak ada batasan masa jabatan presiden. Sebab,selain partai Golkar,fraksi ABRI dan utusan golonga kala itu menguasai 80% suara di parlemen. Sisanya,20% dimiliki PPP dan PDI. Sehingga jauh sebelumnya sudah bisa dipastikan Golkar lah yang akan jadi pemenang, dan Suharto yang akan jadi presiden lagi karena memang sudah disetel sedemikian rupa. Selain itu,pemilihan presiden ditentukan oleh MPR,bukan one man one vote seperti sekarang.MPR kala itu adalah lembaga tertinggi negara yang sangat berkuasa dan menentukan. Dan itu terjadi selama 6x pemilu ber-turut2. Partai kala itu betul2 tak berdaya. Karena sudah diberangus. Begitu pula pengangkatan para kep...

Partai & Politik di Indonesia : Lieurrrrr....!! (1)

 Partai & Politik di Indonesia : Lieurrrrr....!! (1) Banyak orang lupa - juga para politisi - kalau pemilu sekarang, setelah reformasi, pencoblosan dilakukan secara one man one vote. Ini artinya, para voters tidak lagi memilih partai an sich tapi memilih figur. Meski capres dicalonkan oleh partai. Figurlah yang kini diutamakan oleh para pemilih, bukan hanya partai. Figur yang cocok,yang mengena,yang bisa memenuhi selera,itulah yang dipilih. Boleh dibilang tak peduli dia capres dari mana,dari partai apa. Karena itu koalisi gemuk yang sekarang banyak diinginkan  oleh koalisi partai sebenarnya tidaklah sangat dominan dan bukan merupakan jaminan akan menang. Sangat tergantung siapa yang dicalonkan oleh koalisi tsb. Tergantung figurnya. Bila koalisi itu mencalonkan sosok yang disenangi,disukai oleh voters itulah yang akan terpilih dan menang. Sebaliknya,bila calonnya tak disukai, tak sesuai dengan selera mayoritas voters, dari partai apapun dia, berapa banyak partai pun yang me...

The end of the day (5)

 The end of the day  (5) oleh : Yahya Hendiana M.E.(Mbung Eleh). Dalam situasi seperti ini, tak  ada hujan tak ada angin, entah bagaimana tiba2 saja Golkar dan PAN menggabungkan diri dengan KIR mendukung capres  Prabowo. Apakah ini arahan dari pak Lurah (baca : presiden Jokowi ) seperti yang telah banyak diisukan?  Entahlah. Tapi yang jelas Jokowi telah menepis: "sesuai konstitusi, urusan capres adalah urusan partai. Bukan urusan saya. Saya presiden, bukan Lurah", ujarnya dalam pidatonya pada 16 Agustus lalu. Dengan bergabungnya Golkar dan PAN, kini KIR menjadi koalisi gemuk karena sudah ada 4 partai yang mendukung Prabowo: Gerindera, PKB, Golkar dan PAN. Dengan dukungan dari 4 partai, koalisi KIR telah mengantongi 265 kursi DPR, melebihi dari koalisi Anies yang hanya 163 dan PDIP 147. Apakah KIR bisa dipastikan solid hingga pendaftaran ke KPU?  Belum tentu juga. Bergabungnya Golkar dan PAN ke KIR masih dalam tahap awal. Belum ada pembahasan lebih lanjut. A...

The end of the day (4)

 The end of the day (4) oleh : Yahya Hendiana M.E. (Mbung Eleh). Bagaimana dengan para Ketum partai dan tokoh2 politik lainnya? Seperti Airlangga Hartato yang juga sangat berambisi jadi capres , yang katanya pencalonannya itu  diperoleh dari hasil  Munas Golkar. Sah2 saja bila politisi kepingin jadi capres. Hanya saja, tentu harus melihat kenyataan  serta keadaan diri sebelum mencalonkan. Jelasnya, menurut hasil survei, tingkat elektabilitas Airlangga rendah, tak layak untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Tapi setelah terjadi kesepakatan antara Golkar, PPP dan PAN, mereka bertiga lalu berkoalisi dengan menamakan diri KIB  (Koalisi Indo.Bersatu). Airlangga mengangkat dirinya sebagai capres. Namun, bila kita melihatnya secara defacto,  sebenarnya sejak awal  pun sudah bisa diduga koalisi mereka rapuh dan akan bermasalah.  Sebab, selain untuk  menentukan siapa  cawapresnya akan persoalan (dari PAN atau PPP) ,Airlangga memang tak layak j...

The end of the day. (3)

 The end of the day. (3) oleh : Yahya Hendiana M.E. (Mbung Eleh) Disinilah kejanggalan terjadi.Bisakah dimengerti bila : satu kaki mendukung pemerintah,tapi satu kakinya lagi oposisi dan melakukan antitesis? Sepertinya sulit diterima dan dimengerti. Apalagi dengan mengatakan akan melakukan perubahan. Apanya yang akan dirubah?  IKN,pembangunan2 strategis serta proyek infrastruktur yang sekarang sedang masif dilaksanakan akan dihentikan? Ini adalah kebijakan strategis Jokowi dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar republik ini dikenal menjadi negara maju didunia.  Kebijakan ini juga sekaligus merupakan legecy bagi Jokowi setelah ia tak lagi menjadi presiden. Karena itu diharapkan pembangunannya akan terus berlanjut sesuai dengan rool map yang telah ditetapkan meski ia tak lagi menjadi presiden. Maka, ketika  koalisi perubahan yang antitesis akan melakukan perubahan membuat istana dan presiden Jokowi jadi terhenyak.Bisa dimengerti bila pemerintah tak simpati d...

The end of the day. (2).

The end of the day. (2). oleh : Yahya Hendiana M.E.(Mbung Eleh). Padahal dalam pemilu yang sudah2 pendaftaran capres/cawapres jauh sebelumnya, sehingga cukup banyak waktu untuk kampanye mensosialisasikan gagasan dan para calonnya. Apa sebab? Sebabnya, setelah masa kekuasaan presiden Jokowi berakhir pada 2024 nanti, para tokoh2 politik berebut, masing2 ingin  jadi presiden, ingin berkuasa. Tak ada yang mau kalah. Itu sebabnya, mereka masing2  lalu berupaya sekuat tenaga, sebisa mungkin,  berakrobat dengan berbagai cara. Lantas apa yang kita lihat, yang  mereka lakukan untuk bisa mencapai ambisinya itu? Coba kita telaah secara awam satu persatu.                                  * Surya Paloh misalnya, meski belum ingin menjadi presiden, tapi ambisinya untuk bisa menjadi king maker  sangat terlihat. Karena itu ia lalu merekrut Anies sebagai capres agar dirinya bisa menjadi seperti ...

The end of the day (1)

 The end of the day.  oleh : Yahya Hendiana M.E. (Mbung Eleh) Bahasa  kerennya The end of the day. Atau bahasa sok aksinya last minute. Podo wae . Padahal bahasa gampangnya : dipenghujung hari. Atau di-menit2 terakhir. Tapi karena kecenderungannya  orang selalu ingin sok aksi atau sok keren - termasuk juga  penulis yang juga  M.E. (baca : Mbung Eleh) - maka istilah seperti ini juga penulis  gunakan, seperti yang telah dilakukan  oleh para pengamat dalam menganalisis suatu  masalah. Para pengamatlah yang acapkali mengemukakan istilah2 yang sebenarnya  sederhana tapi kemudian terkesan keren. Bahkan istilah bahasa Arab pun  seperti samina wa'atona juga acap dilontarkan oleh para pengamat, meski sebenarnya bisa diucapkan dengan kata yang umum dan mudah yaitu : dengar dan patuh. Tapi itu semua bukan masalah. Hak tiap orang untuk mengucapkan istilah2. Apapun itu,selama ia  tidak  keluar dari norma2 dan etika dalam berbahasa. Yan...

Taken for granted. (3)

Timbul pertanyaan lagi : mengapa Prabowo sebagai seorang jenderal dan dulu rival kerasnya Jokowi kini tak malu2 berkata seperti itu sehingga terkesan  sangat  lebay ? Apakah ucapannya itu tulus, ikhlas dan murni dari lubuk hati yang paling dalam? Atau bagaimana? Tentu hanya Tuhan dan Prabowo sendiri yang tahu. Kita sebagai outsider hanya bisa menerka, menduga. Tapi bila kita rewind,  kembali melihat riwayat perjalanan politiknya yang 2x gagal jadi capres dan sekali kalah jadi cawapres, maka kita bisa berasumsi kalau Prabowo tentu telah banyak belajar dari kegagalan tsb.  Prabowo kini terlihat telah merubah strategi politiknya dalam  menghadapi pilpres 2024 : lebih kalem, lebih santuy. Berbeda dengan dulu2.  Apakah perbedaan  itu? Apakah perubahan strategi politik yang dimaksud? Prabowo yang dulu ketika kampanye pada Pemilu 2019 tampak sangat ber-api2  dan penuh emosi sehingga terkesan garang dan pemberang, (tapi kita bisa mengerti dan maklum karen...

Taken For Granted (2)

Pertanyaannya, mengapa mereka koalisi2 tsb masih belum juga menemukan cawapres dan mendeklarasikannya?  Meski capresnya sudah jelas hanya ada 3 yaitu: Anies,Prabowo dan Ganjar.Tapi kok sulit betul ya untuk bisa menentukan cawapresnya? Sebabnya sangat sederhana dan jelas: karena masing2 koalisi  ingin menang dalam pemilu pilpres 2024 nanti. Untuk itu ,tentu mereka sangat ber-hati2  dalam menentukan, melakukan langkah politiknya. Anies Baswedan misalnya. Meski Ahy sangat ngotot kepingin jadi cawapresnya, tapi tampaknya Anies sadar betul dengan kemungkinan akan kalah bila memilih, menggandeng Ahy, karena elektabilitas Ahy yang terbatas.  Selain itu,sebagai king maker, Surya Paloh pun sangat berharap bila ada partai2 lain yang akan ikut bergabung, agar koalisinya semakin kuat. Sehingga optimisme untuk menang semakin besar. Sayangnya,sudah setahun lebih tak ada satu partai pun dari koalisi pemerintah yang mau bergabung. Tentang ini sebenarnya  logis sekali, bila part...

Taken For Granted (1)

Taken for granted adalah suatu istilah yang pengertiannya : diterima dengan begitu saja. Tanpa alasan atau sebab apapun. "Pokoke wis manut wae", kalau dalam bahasa Surinamenya. Wis manut wae suatu ucapan yang sering kita dengar dalam perbincangan se-hari2 ketimbang istilah taken for granted.Wajar, karena kata wis manut wae lebih familiar dan lebih gampang diucapkan ketimbang taken for granted. Meski keduanya bahasa asing : yang satu bahasa Suriname, yang satunya lagi bahasa inggris. Lantas apanya yang taken for granted. Apanya yang manut wae? Banyak hal. Apa saja yang ditugaskan atau diperintahkan akan diikuti,dituruti dan dilaksanakan. Tanpa perlu berkata dan bertanya : ba bi bu lagi. Misalnya,dalam politik ketika bung Karno dulu sedang jaya2nya berkuasa,tapi kemudian ada pihak lain yang mencoba untuk menjatuhkannya,banyak pengikut dan pengagum bung Karno kala itu termasuk jenderal-jendral yang berkata : " Saya berdiri dibelakang bung Karno taken for granted tanpa reser...

Perhitungan Panji Gumilang

Panji Gumilang kini  tersangka. Setelah dilakukan penyelidikan yang cukup lama dan alot,akhirnya lembaga pemerintah cq Bareskrim resmi menetapkan tokoh sekaligus pemilik pesantren Al Zayitun itu sebagai penista agama untuk kemudian diajukan ke pengadilan. Cukup banyak tuduhan yang diadukan. Satu diantaranya adalah ucapannya yang mengatakan : Al Qur'an bukan kallam Allah, melainkan karangan nabi Muhamad. Banyak orang kaget dan terhenyak dengan ucapannya itu. Mereka yang mendengarnya tentu berpikir : kok berani benar Panji Gumilang berkata begitu? Tidakkah dia tahu kalau di republik ini 85% penduduknya beragama Islam, dan nabi Muhamad adalah rasul dan sebagai junjunannya? Ada yang berpendapat kalau keberanian Panji berkata begitu disebabkan karena dia mendapat beking dari para petinggi pemerintah. Karena itu, meski sudah sekian lama pesantren itu didirikan dan meski ajarannya dianggap menyimpang dari ajaran dan syariat Islam, ia tetap selamat bahkan semakin berani dan kontroversial d...

Kritik Akademisi Yang Tak Terpuji

Kali ini saya tak setuju dengan pendapat Hasan Nasbi atas komentarnya tentang Rocky gerung. Kalau kita mau memperjuangkan revolusi mental, harus included dengan revolusi moral. Termasuk juga adab sebagai budaya bangsa Indonesia. Moral dan mental dalam budaya adalah satu paket dan merupakan karakter dari suatu bangsa yang berbudaya. Khususnya budaya ketimuran yang sejak dulu sudah berbeda dengan budaya barat Kita tidak usah dan tidak perlu meniru budaya barat yang dalam komunikasi secara individu terkesan arogan dan jumawa. Tanpa adanya tatakrama, tata-titi dan unggah-ungguh terhadap sesama. Sebagai contoh dalam kosakata bahasa, orang-orang barat dalam bahasa inggris tidak ada perbedaan kata sebutan atau ucapan terhadap orang lain selain you. Sedangkan dalam budaya kita sebagai orang timur, sebutan itu kita bedakan terhadap siapa kita kita berkomunikasi. Dan itu merupakan ciri khas budaya kita sebagai orang timur. Sejak dahulu kala. Bila hal-hal seperti ini (seperti yang diucapkan oleh ...